"Sayang, sepertinya kamu cepat mengatasinya ya?"
"Tidak terlalu cepat juga. Mau tidak mau kita harus bangkit. Harus move on."
"Proses move on pada tiap orang berbeda-beda."
Andai saja Tuan Calvin tahu. Sejak tadi, Nyonya Calisa tak puas-puas memandangi wajah tampannya. Amat rindu dan bersyukur bisa berbicara dan menatap pria pendamping hidupnya. Untuk kesekian kalinya, Tuan Calvin selalu ada. Ia datang tepat ketika Nyonya Calisa merasakan kerapuhan, kesedihan, dan penyesalan. Nyonya Calisa tidak perlu merasakannya sendirian. Tuan Calvin selalu ada.
"Tidur dulu sana. Jangan jadikan itu sebagai beban. Hidup itu penuh masalah. Yang kecil biarkan menjadi kecil." ujar Tuan Calvin lembut.
"Iya, Calvin. Aku coba tidur ya?"
Sejurus kemudian Nyonya Calisa bangkit dari ranjang. Membuka kopernya, lalu mengeluarkan sebuah boneka berbentuk katak. Salah satu dari koleksi boneka kesayangannya.
"Kamu bawa Kermit ke sana?" Tuan Calvin melirik boneka besar itu tak percaya. Kermit, nama pemberian Tuan Calvin pada boneka itu. Boneka-boneka milik Nyonya Calisa selalu diberi nama.
"Ya. Aku membawanya untuk mengingatmu. Kamu kan yang kasih nama?" Nyonya Calisa menjawab disertai seulas senyuman.
Ia naik kembali ke atas ranjang. Memeluk boneka Kermit dengan lembut.
"Calvin...nyanyikan lagu untukku." pinta Nyonya Calisa manja.