Calvin Wan berbagi
Artikel itu terinspirasi dari kasus Reinhart. Tuan Calvin mempersembahkan tulisan kecil itu untuk Reinhart yang telah dianggapnya seperti anak kandungnya sendiri.
Ia mengirim artikelnya ke e-mail Marla. Berharap hati Marla terketuk setelah membaca artikel itu. Sekarang masih pukul tiga pagi. Ia akan memposting artikelnya empat jam dari sekarang.
Tuan Calvin mengakui, Marla dan Wahyu cukup beruntung. Mereka bisa memiliki anak. Berbeda dengan dirinya yang divonis mandul. Terlebih Nyonya Calisa takut pada seks dan hal-hal semacam itu. Jika Tuan Calvin ada di posisi Marla, ia takkan pernah menyia-nyiakan Reinhart.
Diambilnya smartphone. Ingin menceritakan hal ini pada Nyonya Calisa. Video call dimulai.
"Calvin...hari ini kamu keluar dari rumah sakit ya?" sapa Nyonya Calisa. Seulas senyum tipis terlihat di sela gurat keletihan yang mendominasi wajahnya.
"Iya, Calisa." Sesaat Tuan Calvin mengurungkan niatnya. Ia melihat wajah istrinya sedikit pucat. Nampaknya ia kelelahan. Lebih dari itu, ada pancaran kesedihan di mata indahnya.
"Kamu belum tidur?" tanya Tuan Calvin lembut. Perbedaan waktu Indonesia-Arab Saudi selisih empat jam. Di sana masih pukul sebelas malam, sedangkan di Indonesia sudah pukul tiga pagi.
"Belum, Calvin. Aku tidak bisa tidur.
"Kenapa?"
"Ada sesuatu yang kupikirkan."