"Calvin pasti senang kalau tahu ini."
Tapi, benarkah Tuan Calvin akan senang?
Nyatanya, tepat pada saat itu Tuan Calvin melihat semuanya. Tatapan penuh arti dari Nyonya Calisa dan sentuhan tangan Wahyu. Perasaannya tak menentu. Sedih, kecewa, dan cemburu. Ya, cemburu. Tuan Calvin cemburu pada Wahyu dan Nyonya Calisa.
Pikirannya mulai berkecamuk. Mungkinkah mereka sengaja membuat janji? Merencanakan pertemuan terselubung tanpa sepengetahuannya? Tuan Calvin berusaha menetralisir emosi negatif yang memenuhi pikirannya. Jangan sampai cemburu menjadi motivasi negatif. Ia harus kuat.
Akan tetapi, pemandangan itu sungguh tak tertahankan. Beginikah sikap Nyonya Calisa di belakangnya? Masih seringkah ia bertemu Wahyu? Mungkinkah Nyonya Calisa letih merawatnya, lalu berpaling kembali pada cinta pertama?
Berbagai tanda tanya menyesakkan batinnya. Tuan Calvin sedih dan terluka. Sepertinya, sudah ada dua cinta dalam satu hati.
** Â Â
Mengobati kekacauan perasaannya, Tuan Calvin melangkah masuk ke kids club. Memperhatikan anak-anak yang asyik bermain di sana. Ia menyukai anak kecil. Melihat mereka bermain, bercanda, dan berbicara dengan penuh keceriaan membuat perasaannya jauh lebih baik.
Tiba-tiba seorang anak lelaki berpakaian merah dan berwajah tampan jatuh. Ia terluka. Tanpa ragu, Tuan Calvin bergegas mendekatinya. Membantunya berdiri.
"Hei Sayang...kamu nggak apa-apa? Mana yang sakit?" tanya Tuan Calvin, lembut dan penuh perhatian.
Anak lelaki itu menangis kesakitan. Memegangi kakinya yang terluka. Darah mengalir dari lukanya.