Jemari tangan Nyonya Calisa terasa dingin. Ia mengedarkan pandang ke sekitarnya. Amat khawatir Tuan Calvin melihatnya. Seakan bisa membaca pikirannya, Wahyu berkata.
"Tenang....Calvin lagi ketemu suplier. Dia nggak akan lihat kita."
"Wahyu, please jangan buat masalah. Kita tidak terikat hubungan apa pun lagi. Aku ingin fokus mendampingi Calvin. Kamu tahu, kan? Calvin sakit?" ucap Nyonya Calisa panik.
Kepanikan mantan kekasihnya ditanggapi Wahyu dengan tenang. "Aku sudah tahu semuanya. Duduklah, Young Lady. Aku ingin bicara."
Young Lady, mengapa harus panggilan yang telah lama tidak didengarnya itu? Perasaan Nyonya Calisa mulai tak menentu. Namun ia bertekad bertahan. Masa lalu tak boleh membunuh masa depan.
"Tidak mau." tolak Nyonya Calisa resah.
"Sebentar saja, Calisa. Â Please..."
Nada memohon berikut tatapan meyakinkan membuat Nyonya Calisa luluh. Wanita cantik yang juga punya tanggal lahir cantik itu duduk. Menanti Wahyu bicara.
"Well...aku sudah berpisah dengan Marla." Wahyu memulai. Nyonya Calisa tetap diam. Menunggunya selesai bicara.
"Kamu lihat anak yang baru masuk ke kids club itu?"
"Ya, aku lihat. Anak laki-laki berbaju merah yang tampan. Kenapa?"