Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sepenggal Cerita Gadis yang Menari Sendirian: Biarkan Aku Mencintaimu

29 Januari 2017   07:06 Diperbarui: 29 Januari 2017   08:11 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali bersama keluarganya, pikirannya kacau. Mulai timbul berbagai pertanyaan dalam dirinya. Benarkah ia seorang pengganggu? Serendah itukah posisinya?

Kejadian dengan Albert memberinya pelajaran berharga. Ia tak akan pernah mengucapkan jika ia terganggu pada orang lain. Sungguh menyakitkan disebut pengganggu. Bentuk perhatian yang tulus, uluran tangan untuk melanjutkan sesi terapi penyembuhan, dianggap hal yang mengganggu. Ternyata ia memang ditakdirkan untuk selalu disalahkan, disakiti, dilukai, dan dianggap pengganggu. Setiap tindakannya selalu salah. Meski demikian, Albert tetap klien istimewanya. Ia tetap merindukan dan mencintai pria itu, apa pun yang terjadi. Seperti cinta Ginny Weasley pada Harry Potter, Arwen pada Aragorn, Haruno Sakura pada Uchiha Sasuke, dan Landon Carter pada Jamie Sullivan.

Di ujung koridor, ia bertemu Nyonya Dionesia. Wanita berkalung salib itu akan memeluknya, namun ia tepis jauh-jauh. Ia tak suka dipeluk dan disentuh oleh orang yang tidak bisa dipercaya. Orang yang merebut harta keluarganya termasuk satu dari sekian banyak kategori orang yang tidak bisa dipercaya.

“Kamu kenapa, Non? Mata kamu merah...” Mama bertanya khawatir. Mengusap-usap lembut rambutnya.

“Iya, kamu kenapa?” Della, Dani, dan Tuan Yazid mendekat. Terlihat Tuan Yazid masih menggendong Arif.

Gadis itu tak menjawab. Hanya tersenyum kecil, lalu membelai pelan rambut Arif. Mencium kedua pipinya. Anak kecil berparas tampan itu balas tersenyum. Imut sekali.

Begitulah yang dilakukannya tiap kali merindukan Arif Albert. Rasa rindu dan kasih sayangnya ia curahkan pada Bradley Arif Riyadi.

Dari ujung koridor, datanglah Keanu dan Chelsea. Fadil dan Rafif melangkah di belakang mereka. Begitu melihat Fadil, wajah Arif berubah pias seketika. Tuan Yazid memahami perasaan Arif. Didekapnya keponakannya itu erat.

“Tidak apa-apa, Sayang...tidak apa-apa. Mas Fadil nggak akan jahat lagi sama Arif. Mas Fadil sayang juga kok sama Arif...tenang ya?” kata Tuan Yazid lembut.

Chelsea dan Keanu mendekat. Tak tega melihat raut wajah Arif. Ikut menenangkan dengan cara mereka. Berhasil. Arif kembali tenang bersama Tuan Yazid, Keanu, dan Chelsea.

“Ayo kita ke makam Bradley dan Jasmine,” ajak Tuan Riyadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun