Tiap orang pernah merasakan kecemasan. Di saat seperti itu, pikiran negatif berperang dengan pikiran positif. Entah mana yang akan terbukti menjadi nyata. Ketika seseorang merasakan cemas, satu-satunya penetralisir adalah doa. Seperti yang dilakukan keluarga besar ini.
Lorong rumah sakit itu hening. Keluarga besar berkumpul, saling bertukar pandang cemas. Apa yang terjadi dengan anak malang itu? Dia masih terlalu kecil untuk merasakan ujian yang begitu berat.
“Keluarga pasien Bradley Arif Riyadi?”
Suara mezosopran milik seorang suster mengagetkan mereka. Pintu UGD terbuka. Nampak seorang dokter dan dua orang suster melangkah keluar.
Tuan Yazid bergegas maju menghampiri tim medis. Mewakili Tuan Riyadi. Pasalnya, Tuan Riyadi dan Nyonya Bunga belum tiba. Kemacetan menghambat perjalanan mereka.
“Bagaimana keadaan Arif, Dokter?” tanya Tuan Yazid.
“Kondisinya sudah membaik. Arif mengalami mimisan anterior. Tapi...”
Sang dokter menggantung kalimatnya. Wajahnya berubah resah.
“Tapi kenapa, Dokter?” desak Tuan Yazid.
“Kami menemukan indikasi lain. Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahuinya.”
“Indikasi apa?” Kali ini, Mama bertanya. Melangkah ke samping Tuan Yazid.