Aya menggelengkan kepalanya sambil berusaha tersenyum,
"Tidak pa pa kok, Ris. Lo benar kok. Aku yang salah" Aya terlihat menerawang, "Masalah uang sekolah, kehilangan pekerjaan dan sekarang aku malah menambahnya dengan memukuli Putra Mahkota. Mungkin sebaiknya aku menyerahkan diri pada polisi. Dengan demikian aku bisa menyelesaikan semua masalah dalam sekali tepukan. Bukankah kalau aku di penjara aku tidak perlu memikirkan apa-apa" katanya menatap Riska dengan senyum pilu.
Riska menghela nafas sedih mendengar ucapan Aya,
"Lo jangan pesimis gitu, Ay. Semuanya belum terbukti. Kita tunggu dan lihat saja dulu. Siapa tahu Pangeran Ivan tidak mempermasalahkan hal ini dan menganggapnya hal kecil. Yang jelas, apa yang kan terjadi maka terjadilah ! Lo masih akan tetap memiliki aku sebagai temen baik lo" ujar Riska mencoba menenangkan Aya.
Aya tersenyum sedih mendengar ucapan Riska.
@@@
Ketika Aya dan Riska kembali memasuki kelas, Rahman, Ketua Kelas 2-- A, mendekati mereka.
"Eh, Ay. Kamu dipanggil ama Buk Intan tuh." kata Rahman.
"Ada apa emangnya, Man?" tanya Aya bingung.
Rahman mengangkat kedua bahunya tanda tak tahu dan mendekati temannya yang sedang asyik bermain game di Hp.
"Ada apa ya, Ris?" tanya Aya cemas.