B. Pendekatan yang Berpusat pada Populasi (Population-Centric Approach)
Pendekatan ini terbukti paling berhasil dalam mencapai stabilitas jangka panjang, berupaya menyelesaikan konflik dalam semua dimensinya. Dalam pendekatan ini, kontra-pemberontakan terutama bukan tentang kekalahan musuh bersenjata,Â
melainkan, tujuan utamanya berpusat pada pembentukan stabilitas yang langgeng di suatu negara bagian atau wilayah. Pendekatan ini berfokus dalam melindungi populasi dan mempertahankan atau memenangkan dukungannya.
Pendekatan strategi ini mencapai tiga tujuan, yaitu: (1) Kekerasan dan subversi dibawa ke tingkat yang dapat dikelola oleh pasukan keamanan lokal, (2) Institusi politik, ekonomi, dan sosial dibangun untuk mengatasi banyak masalah struktural yang memicu ketidakstabilan, dan (3) Kebencian, ketidakpercayaan, dan prasangka yang menyulut konflik berubah.
Singkatnya, akar penyebab pemberontakan telah diatasi dan diselesaikan. Kemenangan tidak hanya terletak pada kekalahan pasukan pemberontak, namun melibatkan hasil yang jauh lebih luas yang memulihkan dan kemudian mempertahankan stabilitas,Â
menghalangi pemberontakan muncul kembali bukan karena pejuangnya telah terbunuh atau ditekan, tetapi karena kondisi yang memicu pemberontakan konflik tidak ada lagi. Jika pemberontakan disebabkan oleh tindakan, struktur, dan keyakinan yang memicu pada ketidakstabilan, maka kontra-pemberontakan harus memerangi penyebab tersebut dalam semua dimensinya.Â
4. Tugas Strategi Kontra-Pemberontakan (Counterinsurgency)
Strategi kontra-pemberontakan yang efektif terdiri dari beberapa tugas penting yang bila diintegrasikan, menyediakan jalan untuk menyelesaikan pemberontakan. Adapun tugas-tugas tersebut adalah sebagai berikut (Moore, 2007):
A. Membangun dan Menjaga Keamanan
Tugas ini terdiri dari tiga subkomponen yang saling terkait: perlucutan senjata, demobilisasi, dan reintegrasi. Dalam sebagian besar strategi kontra-pemberontakan, pemulihan keamanan pada awalnya dianggap sebagai kepentingan utama, terutama dalam kasus-kasus di mana serangan pemberontak atau efek kekerasan menimbulkan risiko keamanan manusia (human security) atau mengancam keberadaan pemerintah.Â
Memulihkan keamanan mencakup lebih dari sekedar mengalahkan atau melenyapkan gerilyawan dan teroris atau pemberlakuan ketertiban secara paksa. Ini mencakup semua tindakan yang diambil untuk mengalahkan pemberontak, mengakhiri kekerasan faksi, menekan kerusuhan sipil, dan menghilangkan aktivitas kriminal.