Banyak literatur tentang kontra pemberontakan Nigeria melawan Boko Haram menunjukkan taktik militer keras sebagai taktik kontra pemberontakan utama Nigeria (Abdulazeez, 2016). Fokus ini jenis strategi ini menurut Folade (2016) adalah kinetik, yakni kategori peperangan yang mengutamakan penggunaan kekuatan koersif dalam menumpas kekerasan pemberontak dengan menetralisir pelaku dugaan.
Penekanan pada respon militer terhadap Boko Haram oleh pemerintah Nigeria pertama kali muncul pada tahun 2003 ketika pertempuran pertama kelompok muncul di Kanamma di Negara Bagian Yobe. Tindakan pemerintah Nigeria ditunjukkan melalui pengerahan pasukan secara besar-besaran untuk mengatasi situasi tersebut.Â
Lebih jauh lagi, bahkan dengan pembubaran kelompok, pasukan khusus militer Operasi Flush diresmikan untuk menangkap pemberontak yang melarikan diri di Maiduguri dan kota-kota besar lainnya di timur laut.
Ada sebuah kepercayaan umum bahwa pendekatan brutal oleh anggota Operasi Flush diinkubasi untuk pemberontakan Boko Haram pada tahun 2009 (Adeniran, 2014). Sejak itu pemerintah terus memperluas dan memperkuat pasukannya di timur laut.Â
Misalnya antara 2009 dan 2011 tidak kurang dari 36.000 anggota angkatan bersenjata Nigeria (Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut) memerangi pemberontak di timur laut (Folade, 2016). Selain itu, pada tahun 2015, jumlah ini telah berkembang menjadi lebih dari 100.000 (Raphael & James, 2016) dan sejak itu terus bertambah.
Pada Januari 2015, anggota blok ekonomi regional Danau Chad (Republik Nigeria, Chad, Kamerun, Niger, dan Benin) menandatangani perjanjian yang mewajibkan pembentukan 8700 tentara Satuan Tugas Gabungan Multinasional (MNJTF). Ini adalah kekuatan regional untuk memerangi pemberontak Boko Haram (Gana et al., 2018).
MNJTF sangat berpengaruh dalam merebut kembali banyak kota di sepanjang kontrol perbatasan Nigeria oleh pemberontak. Contohnya: pada Maret 2015 MNJTF menaklukkan Kota Damasak yang dikuasai Boko Haram pada November 2014 (Folade, 2016).Â
Pasukan ini juga disebut-sebut bertanggung jawab untuk merebut kembali Gambori-Ngala dan Dikwa di sepanjang perbatasan Chad di negara bagian Borno. Namun, keberhasilan ini tidak bertahan lama karena sebagian besar wilayah yang dibebaskan kemudian diambil Kembali oleh kelompok pemberontak.Â
Berbagai tantangan yang terjerat dalam logistik, keuangan, dan politik dianggap telah menghambat keberlangsungan tempo kontra-pemberontakan MNJTF.Â
B. Tindakan Non-Militer
Selain tindakan militer, pemerintah Nigeria juga mengambil langkah non-militer. Pemerintah memberlakukan tindakan kontra terorisme yang melibatkan hukuman keras terhadap kelompok pemberontak, kolaborator, pemodal dan simpatisan.Â