Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kontra-pemberontakan adalah seperangkat tindakan politik, ekonomi, sosial, dan keamanan terpadu yang dimaksudkan untuk mengakhiri dan mencegah terulangnya kekerasan bersenjata, menciptakan dan mempertahankan struktur politik, ekonomi,Â
dan sosial yang stabil, dan menyelesaikan penyebab yang mendasari pemberontakan untuk membangun dan mempertahankan kondisi yang diperlukan untuk stabilitas yang langgeng.Â
B. Sifat
Kontra-pemberontakan adalah pendekatan proaktif yang melibatkan semua elemen kekuatan nasional, bahkan sampai ke tingkat taktis. Operasi kontra-pemberontakan berusaha untuk mencapai kesatuan upaya di antara banyak organisasi bersama, antar lembaga, antar pemerintah, dan multinasional.Â
Kontra-pemberontakan mencakup perencanaan taktis, pengembangan dan analisis intelijen; pelatihan, bantuan material, teknis, organisasi, nasihat, pembangunan infrastruktur, operasi tingkat taktis, dan keterlibatan informasi. Kontra-pemberontakan adalah upaya kompleks yang mengintegrasikan berbagai badan sipil dan militer.Â
Seringkali lebih berpusat pada populasi (berfokus pada mengamankan dan mengendalikan populasi atau populasi tertentu) daripada berpusat pada musuh (berfokus pada mengalahkan kelompok musuh tertentu) (Kingsley, 2019).
3. Jenis-Jenis Pendekatan Strategi Kontra-Pemberontakan (Counterinsurgency)
Dari kontra-pemberontakan yang dilakukan selama satu abad terakhir, hampir 40% berhasil baik menekan pemberontak ke titik yang terbukti dapat dikelola oleh pasukan keamanan lokal atau mengakhiri pemberontakan sama sekali. Secara umum, hasil ini mencerminkan dua pendekatan strategis dasar, yaitu sebagai berikut (Moore, 2007):
A. Pendekatan yang Berpusat pada Musuh (Enemy-Centric Approach)
Pendekatan ini berfokus pada pemusnahan total para pemberontak atau formasi dan kader gerilya mereka sambil meminimalkan pentingnya pembangunan bangsa serta langkah-langkah untuk mendapatkan dukungan rakyat.Â
Meskipun terkadang berhasil mengakhiri kekerasan, pendekatan ini membutuhkan kekuatan yang luar biasa dan kemauan untuk menerapkan tindakan ekstrem terhadap tidak hanya para pemberontak, tetapi juga penduduk secara keseluruhan. Sayangnya, pendekatan ini juga menghasilkan rezim yang represif dan otoriter.