"Enak aje lo? Lu kira gue nangis karena lo? Gue nangis karena cowok di posisi jam 02PM dari arah elo. Lun, mungkin bentar lagi gue nyusul lu!", bisik Michelle sambil terisak-isak norak. Antrean salaman mulai mengular karena Michelle berlama-lama dengan pengantin.
"Ih, kebangetan lu! Udah ah, sana!", Luna mendorong Michelle ,"Makasih ya Sist, I love you!".
"Love you too Darling!", balas Michelle sambil berpindah ke Aldo.
"Eh, selamat yah!", kata Michelle menyalami Aldo ,"Eh, gue serius nih Mas, lu jagain tu temen gue. Sampe lu apa-apain dia gue cari lu ke ujung bumi! Gara-gara elu, cita-cita kita berdua jadi single paling bahagia di muka bumi batallah sudah!". Michelle tersenyum manis sambil mengedipkan mata ke Luna.
Aldo bengong, tidak kenal, tidak tahu siapa! Dia menatap Michelle, Luna, Michelle lagi. Bingung!
"Eh, ngomong apa lu? Sana lu!", Luna melotot mengancam Michelle sambil tidak lupa memasang senyum di bibir menyalami entah siapa saja tamu di depannya.
"Prosesi pernikahan yang indah, pesta yang meriah", kata Tante Tiar dengan bangga ,"Bener kan Lun, pilihan Tante". Si ganjen Tante Tiar tersenyum penuh arti sambil menyalami Luna dan Aldo.
"I Love You!", kata Aldo tiba-tiba ketika mereka berada di mobil pengantin dan mencium bibir Luna begitu dalam, nyaman, dan nikmat.
"Ow... ow...ow... aduh menyesal gue!", kata Luna dalam hati ,"Tau gini enak, gue married dari kapan taon kale! Ngapain juga gue capek-capek kuliah ke US, toh dapatnya buatan lokal juga!".
***
Dua hari setelah pernikahan, Aldo dan Luna terbang ke Shanghai, China, menyiapkan rumah tinggal mereka dan membereskan beberapa barang-barang Aldo. Khususnya barang-barang yang layak. Layak dibuang maksudnya.