Di koloninya walau mencontek Bandung 100 persen, Adinda tidak pernah melihat sampah bertumpukan. Hiyang tidak akan membiarkan hal itu. Â Mungkin populasinya jauh lebih sedikit.
"Mungkin Bandung awalnya dirancang untuk 500 ribuan penduduk," ucap Adinda.
"Betul, sejarah mencatat ketika Bandung ini masih berpenduduk 700 ribuan pada 1950-an masih nyaman," celetuk laki-laki yang matanya tetap tertuju ke layar laptop.
"Iya sih, nenek saya juga cerita," kata Lasmi. "Mas, mahasiswa?"
"Sejarah UI tingkat akhir, skripsi saya Bandung 1950-an ini lagi dikerjakan," kata mahasiswa itu.
Mahasiswa itu bernama Jaka Syamsudin. Â Akhirnya mereka ngobrol nyambung walau lintas ilmu. Bahkan penumpang di belakangnya juga ikut berkomentar.
Tanpa terasa shuttle memasuki Jakarta, sekitar pukul 7.15.
"Oh, seperti ini Jakarta," bisik Adinda dengan telepati pada Hiyang.
"Mau dibuatkan seperti itu, biar kalau kalian bosan dengan Bandung bisa main ke Jakara." Hiyang Ridara bicara. "Kalau perlu ada lautannya."
"Lautan, hanya aku tahu dari buku," kata Adinda.
Jaka Syamsudin dan Lasmi tampak obrol akrab. Â Tentara marinir menghampiri mereka. "Kamu adik kelas Alif Muharram?"