"Jadi ada yang lebih kuat kan dari dua preman itu?" celetuk Adinda.
Ketiganya tertawa.
Adinda kalau mau bisa menghajar kedua preman itu. Namun ia ingin terlihat manusia biasa.
"Ayo ikut kami masuk!" bentak seorang tentara. Apalagi pedagang yang dipalak didesak Adinda melalui telepati bahwa preman itu memeras mereka.
"Ooh! Begitu Mas Darmo," kata seorang  tentara itu yang rupanya kenal karena langganannya membeli kopi.
Lalu kedua preman itu dirangkul. "Kita ngobrol di dalam," katanya tegas.
                                       ***
Mereka naik ke lantai 21 dan 22, setelah membuat kartu anggota. Petugas bingung ketika Adinda mencantumkan tanggal dan tahun kelahiran tidak sesuai dengan Bumi. Â Tapi Hiyang membisikannya konversi ke masa di Bumi.
Adinda takjub, soalnya di Koloni Bandung planetnya ada perpustakaan tidak semegah itu.
Tetapi Hiyang membuatnya sebagian besar digital, walaupun ada buku fisik. Dan tidak perlu kartu anggota.
Di lantai 21, dia membaca katalog digital dengan cepat. Karena di perpustakaannya tidak ada buku tentang perang dan imprealisme.