"Saya sudah mendengar itu dari rekan saya dulu. Â Dia sama minatnya sama saya soal human trafficking.Sayang kami tak bertemu lagi. Dia hilang di gunung bersama kawannya."
"Naik gunung. Saya juga suka naik gunung? Kakak saya anak Wanadri,"
"Oh, ya rekan saya itu juga dekat dengan anak Wanadri. Kenal Harum?" tanya Alif.
 "Lengkapnya?"
"Harum Mawar, saya kenal. Â Kawannya Anisoptera itu anak Wanadri. Â Keduanya hilang di Gunung Kendang, sampai sekarang belum bertemu,"
Perempuan itu terdiam. "Dulu pernah jalan sama mereka. Kakakku kenal sama mereka."
Suaranya terdengar sedih. Tampaknya perempuan itu punya masalah. Tetapi Alif masih mengantuk dan tidak berselera mengorek. Wajah perempuan itu pun dia tidak lihat jelas. Dia hanya ingin minum kopi. Dia mencari kedai kopi dan duduk di tempat yang berbeda.
Seorang perempuan lain, umur 20 tahunan duduk tak jauh dari dia mengamati Alif. Dia mengangkat telefonnya. "Teteh, confirm, Alif jadi berangkat bersama kami. Dia tadi mengobrol denganLidya."
"Kamu mengenali dia," suara dari telefon.
"Iya teteh, masih atuh!  Masa saya tidak ingat orang yang membantu saya  lepas dari jaringan begundal  itu. Bukankah dia yang wawancara saya dengan teteh."
"Good Job Elin. Jangan sampai dia mengenali kamu. Bisa rusak rencana kita..."