"Azura kemari, ada sesuatu buat bapak itu..."
"Wow!" Dijikstra memang suka dengan keramahan orang Indonesia. Ia hanya menyayangkan nenek moyang tega menjajah bangsa ini. Â Azura bocah perempuan itu tertawa dan menerima serbuk dari ayahnya, yang memincingkan mata pada Dijikstra.
"Om, mau main bedak-bedakan, nggak?"
Dijisktra tertawa melihat ulah Azura yang meniupkan serbuk ke mukanya. Â Lalu Azura melapnya. Â "Kamu mau jadi ahli make up." ia kemudian merasa mengantuk dan terlelap.
"Masih satu lagi," bisik seorang pramugara pada Michelle.
"Gadis remaja itu, mana dia? Tidak ada di kabin padahal pesawat mau turun."
 "Sialan! Padahal jus jeurknya sudah dibubuhi obat tidur. Dia tidak meneguknya."
Gadis itu Eliza. Ia masih duduk di bangku SMA. Ia sudah bolak balik ke WC sambil membawa test pack. Â Dia begitu panik, karena sudah tiga kali digauli Edi Rusmadi selama setahun. Akan yang keempat, setibanya di Singapura. Dia tidak menyadari ada hal yang aneh dengan pesawat yang terus turun ke laut. Â Eliza sudah tiga kali digauli lurah itu selama setahun. Â Â
"Ada satu lagi di WC!" tunjuk Elin Elida.
"Terlambat pesawat sudah mendarat di air. Kita harus di kursi memasang sabuk. "kata pramugara itu.
Pesawat mendarat di air dekat pantai. Â Begitu sudah di permukaan air, sebuah pesawat mirip lebah menembak cahaya tidak terlalu kuat, tetapi membakar. Persis itu yang dilihat Alif masih setengah mengantuk karena serbuknya tidak tepat.Â