Harum memberikan tas ransel sekolahnya.
"Caranya bagaimana bisa kembali di Bandung?" Eliza masih khawatir.
 "Evan!"
Eliza takjub melihat gadis tanggung dengan pakaian aneh sebaya dengannya. Â Evan meniupkan serbuk ke mukanya dan Eliza merasa mengantuk, lalu tertidur. Â Tubuhnya oleng dan jatuh disambut dua tentara.
"Pakai pesawat kumbang adikku. Â Cara yang sama dengan aku ke mari. Terbang tidak terlacak radar. Â Â Sampai jumpa. Walau masih lama adikku!"
Eliza  merasa bermimpi bertemu sejumlah orang aneh dan ada di negeri aneh.  Tahu-tahu ia terbangun di Rumah Sakit Borromeus dan melihat wajah kedua orang tuanya dengan cemas. Dia sudah diinfus.  Juga beberapa guru dan teman-temannya. Dia masih mengenakan seragam SMA-nya yang sudah lusuh dan seingat dia sudah diganti sewaktu ke bandara.
"Kamu ditemukan pingsan di Tahura. Â Dua hari kamu hilang, ngeluyur sendirian, Untung tidak diapa-apa-in orang. Teteh Esti mengantar kamu ke mari."
Eliza hanya diam. Â Dia merasa lega ketika kedua orangtuanya memeluknya erat-erat. Â Dokter tersenyum memberi isyarat bahwa dia dalam kondisi baik dan Esti di sana memincingkan matanya.
Di dekatnya ada pasien lain dan beberapa orang dewasa sedang berbicara soal pesawat Archiepelago Airline yang hilang dalam perjalanan ke Singapura.
Telefon Esti bordering.
"Iya, Mas Darwin. Alif tidak hadir di Singapura. Ada kabar belum terkonfirmasi Archieplago Airlines hilang. Mudah-mudahan dia selamat. Saya ikut prihatin. Alif selalu konsisten membela korban human trafficking."