Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | Koloni (51)

29 Juni 2017   16:35 Diperbarui: 29 Juni 2017   17:01 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harum memberikan tas ransel sekolahnya.

"Caranya bagaimana bisa kembali di Bandung?" Eliza masih khawatir.

 "Evan!"

Eliza takjub melihat gadis tanggung dengan pakaian aneh sebaya dengannya.  Evan meniupkan serbuk ke mukanya dan Eliza merasa mengantuk, lalu tertidur.  Tubuhnya oleng dan jatuh disambut dua tentara.

"Pakai pesawat kumbang adikku.  Cara yang sama dengan aku ke mari. Terbang tidak terlacak radar.    Sampai jumpa. Walau masih lama adikku!"

Eliza   merasa bermimpi bertemu sejumlah orang aneh dan ada di negeri aneh.  Tahu-tahu ia terbangun di Rumah Sakit Borromeus dan melihat wajah kedua orang tuanya dengan cemas. Dia sudah diinfus.  Juga beberapa guru dan teman-temannya. Dia masih mengenakan seragam SMA-nya yang sudah lusuh dan seingat dia sudah diganti sewaktu ke bandara.

"Kamu ditemukan pingsan di Tahura.  Dua hari kamu hilang, ngeluyur sendirian, Untung tidak diapa-apa-in orang. Teteh Esti mengantar kamu ke mari."

Eliza hanya diam.  Dia merasa lega ketika kedua orangtuanya memeluknya erat-erat.  Dokter tersenyum memberi isyarat bahwa dia dalam kondisi baik dan Esti di sana memincingkan matanya.

Di dekatnya ada pasien lain dan beberapa orang dewasa sedang berbicara soal pesawat Archiepelago Airline yang hilang dalam perjalanan ke Singapura.

Telefon Esti bordering.

"Iya, Mas Darwin. Alif tidak hadir di Singapura. Ada kabar belum terkonfirmasi Archieplago Airlines hilang. Mudah-mudahan dia selamat. Saya ikut prihatin. Alif selalu konsisten membela korban human trafficking."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun