Engkos Kosasih dan Gatot Koco tergeletak paling jauh. Â Engkos masih memegang erat majalah Mangle-nya, sementara Koco dengan nomor kontak ponsel temannya. Â Ajaib ponselnya masih utuh di tasnya yang kedap air.Â
Ponsel itu dimatikan sewaktu di pesawat. Â Lalu dia mengambil ponsel itu dan menekan nomor. "Bro, Luh tidak percaya. Gue kecelakaan pesawat dan masih hidup terdampar di pulau..."
***
Sementara di pesawat Eliza baru keluar dari WC sambil menangis tersedu-sedu. Dia tahu selamat dan pesawat kosong. "Berarti dia ketahuan ke Singapura?"
Lebih heran lagi, ketika dia turun dari pesawat menemui daerah asing. Â Harum sudah menunggu. "Mau ketahuan ayah dan ibumu? Atau ikut saran teteh."
"Apa itu?"
Mata Eliza ditutup. Dia digiring masuk ke sebuah bangunan dan dibawa  ke kendaraan semut.
Di koloni Eliza diminta mandi dan makan. Â Begitu takjubnya ia tidak bisa bicara. Â Matanya terbelalak melihat dunia yang tidak dikenalnya. Â Harum dan beberapa remaja memeriksa tasnya dan menemukan baju ganti.
"Kamu sebenarnya ada  Bandung malam ini, kok ketiduran di  rumah seorang kawan.  Jangan ceritakan kejadian ini, anggap saja kamu tidak ikut pesawat ini.  Namamu sudah dihapus oleh Om Anton, kok! Lagipula passpor kamu palsu. Bajingan itu mau bersih. Oh, ya kamu cerita pun nggak ada yang percaya? Laki-laki itu? Walah, bajingan itu pasti tidak mau cerita ke pers mengajak anak di bawah umur."
Harum melihat test pack-nya gadis itu. "Nggak hamil, kan? Jangan percaya sama laki-laki itu lagi, ya?"
Eliza merasa lega.Â