Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | Koloni (51)

29 Juni 2017   16:35 Diperbarui: 29 Juni 2017   17:01 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Engkos Kosasih dan Gatot Koco tergeletak paling jauh.   Engkos masih memegang erat majalah Mangle-nya, sementara Koco dengan nomor kontak ponsel temannya.  Ajaib ponselnya masih utuh di tasnya yang kedap air. 

Ponsel itu dimatikan sewaktu di pesawat.  Lalu dia mengambil ponsel itu dan menekan nomor. "Bro, Luh tidak percaya. Gue kecelakaan pesawat dan masih hidup terdampar di pulau..."

***

Sementara di pesawat Eliza baru keluar dari WC sambil menangis tersedu-sedu. Dia tahu selamat dan pesawat kosong. "Berarti dia ketahuan ke Singapura?"

Lebih heran lagi, ketika dia turun dari pesawat menemui daerah asing.  Harum sudah menunggu. "Mau ketahuan ayah dan ibumu? Atau ikut saran teteh."

"Apa itu?"

Mata Eliza ditutup. Dia digiring masuk ke sebuah bangunan dan dibawa  ke kendaraan semut.

Di koloni Eliza diminta mandi dan makan.  Begitu takjubnya ia tidak bisa bicara.  Matanya terbelalak melihat dunia yang tidak dikenalnya.  Harum dan beberapa remaja memeriksa tasnya dan menemukan baju ganti.

"Kamu sebenarnya ada  Bandung malam ini, kok ketiduran di  rumah seorang kawan.  Jangan ceritakan kejadian ini, anggap saja kamu tidak ikut pesawat ini.  Namamu sudah dihapus oleh Om Anton, kok! Lagipula passpor kamu palsu. Bajingan itu mau bersih. Oh, ya kamu cerita pun nggak ada yang percaya? Laki-laki itu? Walah, bajingan itu pasti tidak mau cerita ke pers mengajak anak di bawah umur."

Harum melihat test pack-nya gadis itu. "Nggak hamil, kan? Jangan percaya sama laki-laki itu lagi, ya?"

Eliza merasa lega. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun