Sekitar sembilan orang masuk ke ruang boarding pass. Seorang pria berbadan besar dikenali Elin.
"Sialan, ada orang-orang yang tak dikehendaki ikut!"
"Jangan khawatir. Â Kami sudah tahu ada sembilan orang di luar target. Kami yang urus. Semua baik-baik saja."
Setengah jam lagi naik pesawat. Smartphone Alif berbunyi. Norman Hammarskjod, rekannya dari Global Independent.
"Hallo Norman, saya mau ke Singapura? Kita bertemu di sana?"
"Iya. Â Saya terbang dari Bangkok. Oh, ya kamu dengar rumor Alif soal Virus Razov?"
"Terlalu banyak. Ada apa lagi?"
"Virus Razov disebarkan oleh suatu komunitas internasional, suatu sayap feminis radikal yang baru. Saya sedang investigasi mereka menyuntikannya ke prostitusi di Bangkok. Saya dapat info mereka sudah bergerak dari Amsterdam, Chicago, Tokyo, Hongkong, Shanghai, Paris, London, Kinibalu dan kabarnya juga sudah ada orang mereka di Bandung, Denpasar dan Yogyakarta." Â
"Maksudnya memberikan pelajaran pada laki-laki hidung belang? Kalau di Bandung dan Yogyakarta, siapa orang mereka? Yang paling benci soal ini hanya teteh Esti dan Dewi Tania. Tetapi saya kira mereka tidak sejauh itu. Oh, ya Esti hadir di Singapura."
"Saya duga mereka ingin mengurangi populasi lelaki hidung belang dan sekaligus menghancurkan bisnis prostitusi. Saya ingin konfirm itu ke Esti."
"Mungkin saja Norman. Tetapi apa target mereka yang sebenarnya?"