Cinta. Begitu mudahnya kita menyebut kata itu. Namun, apakah semudah itu pula kita mengetahui maknanya? Telah banyak para pujangga yang mencoba mendefinisikan arti cinta. Tapi bagiku semua itu Bullshit! Hanya omong kosong! Karena pada kenyataannya, cinta tak seindah lembayung senja, cinta tak sehangat mentari pagi, cinta tak ada yang semanis madu!
--- Cinta hanyalah sebuah lorong gelap dan penuh duri! Menyakitkan! ---
Cinta hanya membuat kita mabuk kepayang, tanpa tahu perangkap apa yang sebenarnya telah dipersiapkan. Karena jaring-jaring cinta begitu halus, hingga kadang tak menyadari kalau ternyata kita telah terjerat di dalamnya. Ah! Cinta terlalu rumit jika diuraikan.
Aku mendesah panjang, menerawang ke masa-masa yang pernah aku lalui dengan penuh cinta. Namun, semakin aku terlarut, selalu saja terbentur pada sebuah kenyataan bahwa cinta yang pernah aku jalani hanya membawaku terbenam pada jurang yang sangat dalam dan pekat! Menyesakkan! Aku tak pernah bisa mengingkari itu.
“Bu Ismi, ada telepon dari Pak Pras, mau diterima?” tanya Santi sekretarisku.
Aku sedikit terperanjak. Pras? Lagi-lagi dia. Mau apalagi dia meneleponku?! Ah, paling-paling hanya mengajakku makan siang. Aku tidak tertarik. Tak ada kapok-kapoknya, padahal sudah berkali-kali aku menolak.
Aku menggeleng. “Bilang saja, saya sedang keluar kantor.” Tentu aku berkata dengan suara pelan.
Santi mengangguk, lalu berbicara pada Pras yang ada di seberang, “Maaf, Pak Pras, Bu Isminya sedang tidak ada ditempat. Ada pesan yang bisa saya sampaikan?”
Entah apa yang dikatakan Pras pada Santi. Tak lama kemudian kulihat Santi menaruh gagang telepon. Ah, apapun itu, aku tak mau tahu!
“Bu, kata Pak Pras, Ibu harus menjaga kondisi, jangan terlalu capek dan jangan lupa makan yang teratur.” Santi menyampaikan pesan dari Pras. Aku diam saja. Apa pedulinya dia?! Terserah aku saja! Ngatur!
Pras. Dia memang tidak pernah berhenti untuk mencari perhatianku. Aku tahu itu, karena setiap laki-laki yang memberikan perhatian lebih pada seorang perempuan selalu memiliki maksud yang tersembunyi. Tak pernah tulus. Aku yakin itu.