Mohon tunggu...
Just Riepe
Just Riepe Mohon Tunggu... Guru (Honorer) -

I am a simple people (Reading, writing, singing, watching, traveling)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Love Is...

17 Januari 2017   09:14 Diperbarui: 17 Januari 2017   09:17 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Ah, peduli apa dengan semua itu, saat ini aku sudah cukup bahagia tanpa cinta!”

“Terserah! Aku hanya kasian melihatmu! Tapi kalau itu sudah menjadi keputusanmu, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Pada suatu saat nanti Kamu akan menyadari kalau yang aku katakan ini benar! Dan kamu akan menyesal!” katanya sedikit mengancam. “Permisi!” lanjutnya, lalu pergi meningalkanku.

Ah, cinta! Bull shit, tahu?!

***

Pagi ini, Aku sudah berada di hotel Mulya. Hari ini adalah acara reuni akbar, jurusan akuntansi angkatan tahun 89. Banyak teman-teman kuliahku yang datang ke sana, lumayan, bisa temu kangen sama mereka. Kebanyakan mereka datang dengan pasangan masing-masing, bahkan mengajak anak-anak.

“Hai Is,” sapa seseorang sambil mencolek bahuku dari belakang. Aku langsung menoleh, ternyata Rima.

“Hei Rim, apa kabar?” sambutku senang. Rima adalah teman baikku, tapi setelah lulus, kami tidak pernah ketemu lagi, karena Rima ikut suaminya ke Jepang. Dan sekarang menyempatkan hadir ke acara itu, aku tidak menyangka bisa ketemu lagi disini.

“Baik, kenalin, ini suamiku,” katanya memperkenalkan laki-laki yang ada di sampingnya,  “Pap, ini Ismi temen baikku waktu kuliah,”  Rima memperkenalkan aku pada suaminya. Kami pun saling berjabat tangan

“Ka, Zi, ayo kasih salam sama Tante,” lanjut Rima lagi pada anak-anaknya, dan mereka pun langsung menyalamiku sambil menyebutkan nama masing-masing.

“Kamu kesini sama siapa Is? Mana suami dan anak-anakmu? Mereka gak ikut?!” tanya Rima ingin tahu. Degh! pertanyaan ini selalu saja menghampiriku, dimanapun, dalam acara apapun. Atau pertanyaan standar lainnya: Kapan menikah? Sebel. Seolah menyeretku pada opini publik tentang sebuah kebahagiaan hakiki, menikah dan berkeluarga. Aku hanya tersenyum.

“Lama ya kita tidak ketemu. Anakmu sudah berapa? Kalau aku sudah tiga, tapi yang ikut kesini cuma dua, Rika dan Ezi. Yang paling besar gak ikut kesini, dia memilih jalan-jalan sama sepupu-sepupunya,” tutur Rima bercerita. Aku tersenyum lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun