Sejak saat itu, aku bertekad, aku tak akan pernah lagi tertipu oleh jebakan-jebakan cinta. Aku tak butuh semua itu! Cinta hanya membuatku sengsara! Dan aku tak mau adik-adikku mengalami hal yang sama sepertiku. Apakah aku salah?!
***
“Bu Ismi, ada tamu,” kata Santi memberitahuku saat aku baru kembali ke ruanganku, sehabis meeting.
“Siapa?” tanyaku, lalu duduk di meja.
“Pak Pras. Dia sudah lama menunggu Ibu, mungkin sudah lebih dari satu jam.” Santi menjelaskan.
“Oooh, tadi Kamu bilang apa padanya ?”
“Saya bilang, Ibu sedang meeting, tidak tahu selesainya jam berapa, kalau mau menunggu, silahkan.”
“Iya, iya ya udah sekarang kamu bilang lagi sama dia, kalau saya gak bisa diganggu. Meetingnya lama, mungkin sampai sore.”
Santi pun mengangguk, lalu segera pergi untuk melaksanakan perintahku. Dan tak lama kemudian dia sudah kembali. Ada secarik kertas di tangannya.
“Bu, ini dari Pak Pras,” katanya seraya menyerahkan kertas itu padaku. Tapi aku tidak mau menerimanya.
“Baca saja, San, apa katanya?!”