“Ya udah, kalau gak mau ngomong, mendingan aku ke atas lagi ya…” Lalu aku beranjak dari dudukku dan segera melangkah menuju tangga. Tapi belum juga aku menginjak tangga pertama, Pras memanggilku.
“Ismi…!” panggilnya. Aku pun menghentikan langkah.
“Nah gitu dong, jangan cembetut aja,” godaku. Lalu kembali duduk di kursi.
Tapi Pras tetap saja manyun. Matanya masih saja menatapku. Aku jadi takut, lalu kulihat Pras menghela nafas panjang….
“Ismi,” katanya dengan suara gemetar, seperti sedang menahan kemarahannya. Aku sedikit ciut, belum pernah aku melihat dia berlaku seperti itu.
“Aku benar-benar tidak menyangka, Kamu tega berbuat itu padaku! Kenapa Kamu tidak memberitahu kalau Kamu tidak bisa datang ke undangan makan malamku?! Kamu kan bisa menelepon, atau SMS! Tidak dengan menyuruh Santi menggantikanmu!” katanya menumpahkan kekesalannya. Oo… ternyata ini masalahnya. Sudah kubilang kalau aku tidak tertarik untuk datang. Tapi aku tidak menyangka, kalau Santi benar-benar menuruti perintahku. Padahal hanya iseng.
“Aku kecewa sama Kamu! Lalu selama ini Kamu menganggapku sebagai apa, heh?! ternyata Kamu wanita yang paling tega! Bahkan Kamu pun tidak pernah menghargai aku! Aku hanya ingin membantumu melupakan masa lalumu! Dan membuka mata hatimu, kalau tidak semua laki-laki itu brengsek seperti mantan pacar-pacarmu!!” ungkap Pras tegas.
Degh! kok dia bisa tahu masa laluku?! Padahal aku tidak pernah bercerita padanya.
“Ismi, kemanapun kamu pergi, sekencang apapun Kamu lari, Kamu tidak akan bisa menghindari kenyataan, kalau sebagai manusia, kita butuh mencintai dan dicintai dengan tulus! Tapi apa yang aku dapat?! Kamu tidak pernah mengganggap keberadaanku, berkali-kali aku dicuekin, berkali-kali pula aku dikecewakan, inikah balasan yang kau berikan padaku?!” tudingya dengan nada yang masih tinggi.
“Pras, maaf, aku tidak tertarik berbicara soal cinta, buatku, cinta sudah mati! Aku tak butuh cinta, cinta hanya membuatku sengsara!”
“Ismi, tak ada mahluk yang tidak butuh cinta! Bahkan hewan dan tumbuhan sekalipun, apalagi kita sebagai manusia, kita tidak bisa memungkiri itu! Buka matamu lebar-lebar! Ismi…! Kamu tidak bisa terus-terusan tenggelam dalam masa lalumu!”