" Ha..ha..ha..wanita cantik, masih ingatkah dengan aku?," Hrastu Bhumi dan tiga kambratnya muncul di hadapan Kinanti yang sangat terkejut. Dari belakang jurang yang curam dan terjal dapat muncul orang-orang yang aneh.
Pasti, mereka berkepandaian tinggi. Dan bermaksud buruk.
Tidak ada seorang tamupun, yang datang bertamu lewat belakang.
Kinanti mengingat-ingat siapa Laki-laki gundul kurus bermuka pucat ini. Tertawanya yang keras membahana, sepertinya ia pernah mendengarnya. Lupa-lupa ingat.
" Hai..anak montok siapa itu, waduh..pandai bersilat pula," pandangan Hrastu Bhumi, tertarik dengan Ganesha yang berlatih silat.
" Hiya..ayo seranglah, Paman Hrastu,.hiaatt..," Hrastu Bhumi melenting ke arah Ganesha.
Melancarkan serangan, sunguh-sungguh.
Kinanti terkejut ketika ia mendengar laki-laki kurus pucat itu mengaku sebagai Hrastu Bhumi.
Ohh..Kinanti melengak kaget. Hrastu Bhumi, pemberontak itu. Pantas tawanya seperti ia kenal.
Dengan sebat Kinanti melenting ke arah Ganesha, berusaha menyelamatkan anaknya. Namun lentingannya terlambat satu langkah.
Wanita cantik berbaju hijau menor itu, mencegah geraknya. Karena tiba-tiba dari balik punggungnya, terlontar cemeti ekor sembilan bak tangan-tangan gurita beracun.
Dengan sigap..
Kinanti menggeletarkan selendang merahnya, memapaki serangan dari wanita aneh yang berpakaian hijau pupus. Wanita yang bersenjata cemeti ekor sembilan yang beracun.
Wajahnya cantik, tapi dandannya sangat menor. Seronok.
Setiap gerakan cemeti ekor sembilan itu, selalu menerbitkan bau amis yang menjijikan dan beracun. Remona Iblis Cantik Ekor Sembilan, kambrat Hrastu Bhumi, menyerang dengan ganas.
Kinanti, kosentrasinya terbagai antara menyerang, mempertahankan diri atau ia menyelamatkan Ganesha.