" Jangan...!," teriak Kinanti memburu secepat kilat ke arah Ganesha..namun terlambat..
Santika dengan kekuatan tenaga dalamnya, berusaha menggetarkan seruling baja birunya, loncatan meteor terang berusaha memotong pukulan jarak jauh Hrastu Bhumi, tidak berhasil juga..hanya bisa membelokkan arah pukulan.
Bukan menghantam langsung tubuh Ganesha, akan tetapi pukulan itu telak menghajar pokok pohon tempat Ganesha tergantung.
" Daaarrr," suaranya menggelegar dan tumbanglah pohon itu, rubuh ke arah jurang.
Bersama..tubuh Ganesha..
" Ooo..anakku Ganesha," Kinanti melepaskan selendangnya melibat ke arah jatuhnya pokok pohon itu..
Pohon terlibat, terlilit, namun tubuh Ganesha terus meluncur ke bawah jurang..
Santika dengan kemampuan ilmu ringan tubuhnya secepat anginpun, terlambat. Dalam posisi mengambang di udara, pekiknya meneriakan nama anaknya yang terus meluncur ke bawah jurang.
" Ganeshaaaaaa.. ," semua sia-sia dan terlambat.
Santika dan Kinanti sampai di tepi jurang bersamaan.
Hanya bisa menatap nanar dan terpana.
Sudah 30 depaan jaraknya tubuh Ganesha meluncur cepat ke bawah..
Gunung Panca di puncak tertinggi. Dan Ganesha meluncur bagai peluru.
Tidak akan bisa di selamatkan.
Tidak akan bisa selamat.
Kecuali..
Dengan mata kepala sendiri, Santika dan Kinanti melihat bayangan besar berwarna merah seperti burung raksasa menyambar tubuh Ganesha, dan..
Kemudian tubuh Ganesha dan bayangan merah besar itu, lenyap menerjang rimbunan dedaunan yang menutupi jurang di bawah sana.