Malah dirinya terdesak dengan serbuan meteor yang tidak semakin melemah, malah semakin kuat.
Santika merapal ajian tingkat ke sepuluh, level tertingginya.
" Hiaaaa..," teriakannya mengiringi serangan yang membadai. Hrastu yang terdesak dan sudah kerepotan, terpaksa mengadu tenaganya.
Cahaya putih seterang meteor bertemu dengan sinar biru menggiriskan , meledak di udara, menerbitkan loncatan cahaya bagai kembang api diudara.
" Blaaammm!"
" Oohh!"
Santika merasakan gelombang angin pukulan dingin ke arah dadanya. Secepat kilat Santika melejitkan badan kebelakang, pukulan itu berhasil di hindarinya. Dan dengan kekuatannya ia berhasil menetralisir semua hawa dingin yang menyerangnya.
Di lain pihak, serangan meteor dari Kasih Pemutus Duka, berhasil lolos dari pertahanan Hrastu Bhumi, pukulan itu melenceng sedikit dari sasaran, karena Santika harus mengelakan serangan.
Pukulan Kasih Pemutus Duka menyengat Hrastu Bhumi. Sengatan rasa dinginpun menghantam pundak kirinya, terasa sangat sakit, bahu dan tangan kirinya terasa sangat dingin. Mungkinkah hancur pundaknya?
Keadaan tidak menguntungkan Hrastu, gawat dan membahayakan. Ia harus secepatnya mengambil keputusan.
Hrastu Bhumi, secepat kilat memberikan kode " mundur " .
Para kambrat tidak berpikir dua kali.
Krepa dan Krepi secepat kilat melejit dan melompat ke arah tebing jurang tempat dia datang.
Remona melepas Kinanti, meledakan cemeti ekor tujuhnya,
menyerang tujuh tempat berbahaya dari Kinanti yang membuatnya mundur untuk mengelak.
Dan kesempatan itu di gunakan Remona meninggalkan gelanggang, melayang jauh dan menukik ke tebing jurang, dari mana ia datang juga.
Hrastu Bhumi, yang terluka dan mencoba meloloskan diri. Mengikuti kambaratnya sudah berhasil lolos meninggalkan tempat berbahaya itu.
Dengan cerdik ia melepaskan pukulan jarak jauhnya dengan tangan kanannya. Walau tenaga berkurang namun masih sangatlah berbahaya. Pukulan di lancarkan, bukan..ke arah Santika, namun ke arah jauh..ke arah Ganesha yang di gantung di pokok pohon di pinggir jurang.