Dari tangan kiri di dorongnya tenaga meteor memotong serangan dingin dari Si Kembar Baju Biru, Krepa yang melontarkan ajian Semburan Es, terdengar bunyi ledakan yang melontarkan percikan serpihan es yang berhambur ke udara dan mendorong tubuh si Krepa terbang ke udara dengan melontarkan gumpalan darah dari mulutnya.
Dan kibasan seruling birunya melontarkan dua tiga meteor yang menderu menghantam Si Krepi telak, karena Pukulan Matahari Sejengkalnya, kalah kuat dari Kasih Pemutus Duka.
Dua kambratnya tumbang!
Hrastu Bhumi, tidak menyangka, Santika yang dulu tingkatannya masih jauh di bawahnya, ternyata sekarang lebih sakti.
Hanya dengan sekali pukul dua kambratnya tumbang, semua karena salah perhitungan. Mereka menganggap enteng sepasang pendekar ini.
Sekali lagi Hrastu Bhumi kecele.
Santika melepaskan serangan dengan tenaga dalam level tujuh, tanpa basa-basi karena tahu siapa yang dihadapinya. Dulu di geger Bhumi Langit ( lihat Kisah Jari Sakti ), Santika pernah dipecundangi oleh Hrastu Bhumi.
Pukulan Badai Es Menerjang Bukit, sudah terlontar bergelombang, susul menyusul.
Menghantam ke arah Santika yang dalam posisi terbuka, karena habis melontarkan pukulan ke dua jurusan yang menyedot enam bagian tenaga dalamnya.
Untung saja, dengan gesit, Santika berhasil menutup lobang kelemahannya, Bianglala Pengejar Roh miliknya sudah mencapai tingkatan yang tertinggi, mengalir secara spontan seperti aliran darahnya sendiri.
Otaknya berfikir, tenaga dalam menyebar secara otomatis memberikan perlindunganm maupun serangan balik.
Serangan Hrastu Bhumi, tidak berhasil menembus pertahanan Santika, meskipun tenaganya sangat dahsyat, tapi serangannya bagaikan hujan es yang membadai, seolah-olah memasuki pusaran api yang bergolak. Plass..runtuh!
Santika berhasil memperbaiki posisinya. Seruling baja birunya di getarkan kembali, tenaga dalam Kasih Pemutus Duka tingkat sembilan di rapalnya.
Lengkingan naga marah membersit dari tubuh Santika menjelma menjadi sosok naga putih terang benderang, melesat bagaikan meteor mengejar ke arah Hrastu Bhumi yang mati-matian menyelamatkan diri, dengan membuang diri ke belakang dan menjejakkan kaki kurusnya melejit tinggi sepuluh depa.Â