Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Geger Sandikala

13 Agustus 2021   16:56 Diperbarui: 13 Agustus 2021   17:01 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lalu siapa kang?" Tanyaku penasaran.

"Sebentar Li, tunggu Saiful dulu," kata Kang Marjo.

Saat Saiful bergegas datang dengan lampu senter penerang itu, Kang Marjo bergegas menyorot. Dia amati seksama.

Disorotkan lampu senter itu, dia amati dari bawah sampai di tengah tubuh. Kang Marjo terperanjat.

"Duh Gusti.... Li... Li, ini geger Sandikala...." Kata Kang Marjo sembari menarik napas panjang.

Dia menarik tanganku sembari berjalan. Kami mencopot sarung dan menyimpangkan di bahu. Dari situ dia memberi instruksi padaku. Saiful diminta di tempat. Anak kelas 1 SD ini memang memiliki mental luar biasa.

"Li, kamu bawa HP kan? Kirim pesan ke warga kampung. Semua laki-laki dewasa siapkan alat pemukul dan bersiaga. Jika ada makhluk telanjang dengan kepala tikus setinggi 1,5 meter, pukul saja di bagian lutut. Makhluk itu akan langsung tersungkur. Setelahnya, biarkan saja karena jasadnya akan lenyap dimakan semut merah. Makhluk berkepala tikus ini tak akan makan manusia, dia hanya makan apa saja selain manusia. Selain makan juga dia buang kotoran yang sangat bau. Bilang ke warga, nyalakan semua lampu di kampung. Sekarang kita ambil alat pemukul," kata Kang Marjo yang juga ketua RW ini sembari berjalan cepat.

Usai kami dapat kayu pemukul, Kang Marjo bilang bahwa sebentar lagi akan muncul banyak makhluk aneh itu. Kami kembali ke dekat kebun.

"Ful jika bapak teriak, maka kamu harus pukul kentongan berkali kali. Lalu pergi ke surau. Pakai pengeras suara dan bilang 'geger Sandikala' berulang-ulang," kata Kang Marjo.

"Ayo Li, kita pukul lututnya. Jika kau tak kuat bau kotorannya tahan napasmu," kata Kang Marjo.

Kami menaiki tembok, lari memburu makhluk aneh itu. Semakin mendekat, baunya luar biasa menyengat. Seperti bau bangkai tikus busuk, tapi lebih menyengat.  Kang Marjo langsung menghantam bagian lutut...bukkkk... Makhluk aneh itu tersungkur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun