"Otomatis hilang sendiri," kata Kang Marjo.
Aku menutup mata sebentar. Kemudian aku melihat hanya kerumunan warga tanpa ada lagi makhluk aneh itu. Entah mereka lari ke mana. Tiba-tiba menghilang. Bau kotoran itu juga lenyap.
Aku duduk di jalan dekat gapura. Kang Marjo di dekatku. Napas kami sama-sama tersengal kelelahan.
"Kang, tahu dari mana soal geger Sandikala ini?" Tanyaku.
"Dari Sarno..."
"Sarno gila itu?" Tanyaku.
"Ya Sarno yang dituding gila itu," kata Kang Marjo.
Pett...lampu mati. Seluruh kampung gelap. Kang Marjo memintaku untuk menelepon pusat kantor listrik agar listrik jangan dihidupkan.
"Mereka telah memakan jaringan listrik. Ya, mereka makhluk aneh itu. Matikan saja listriknya," kata Kang Marjo.
Aku juga diminta woro woro ake warga agar menyiapkan lampu minyak atau petromax. Warga pun diminta tidur saja. Lalu beberapa lelaki diminta ketemu Kang Marjo, menyiapkan siasat untuk petang berikutnya.
"Versi Sarno, makhluk aneh itu hanya akan menyerang selama tiga petang, tiga petang saja secara beruntun," kata Kang Marjo.