“Ya itu kan contoh, jangan diambil hati dong, Dan, nanti hati kamu jadi dobel kayak hati ayam.” Dandy tergelak dan mendorong bahu Rein dengan keras.
Setelah mereka membabat habis cuanki yang ada di mangkok mereka masing-masing, kini mereka duduk bersandar di sebuah pohon besar yang berdiri di pinggir lapangan sepakbola diantara tiupan angin semilir.
“Kalau kenyang, jadi ngantuk gini ya.” Dandy menguap lebar.
“Kalau aku jadi bodo,” kata Rein cepat.
“Kok bisa? Teori dari mana?”
“Teori dari hasil semedi di bawah pohon tomat. Kalau perut udah kenyang itu jadi males mikir, gak kreatif, ujung-ujungnya ya jadi bodo.” Rein meringis.
“Iya juga sih, dilema perut kenyang.” Dandy tertawa lebar.
Angin sepoi-sepoi menggoyangkan rerumputan tinggi di seberang lapangan sepak bola. Matanya kini asik memperhatikan tangan Rein yang tengah melipat kertas yang ia ambil dari bindernya.
“Bikin apa?” Dandy penasaran dengan apa yang Rein lakukan.
“Pesawat.”
“Pesawat?”