“Di mana?”
“Imam Bonjol”
“Jam berapa?”
“Sebentar lagi. Makanya kau mandi sekarang.”
Jerry bangkit berdiri dari kursinya dan berpapasan dengan Willy yang baru datang dari arah dapur.
“Kenapa, Ma?”
“Mama mau pergi.”
“Ke mana?”
“Ke rumah teman Mama. Mereka baru pindah dua minggu yang lalu.”
Lampu di kamar berkedip beberapa kali sebelum menyala terang. Luas kamarnya masih cukup besar untuk berdua. Warna tembok kuning cerah berkesan feminim tampak tidak cocok untuk dirinya. Sebelumnya kamar ini di tempati kakaknya hingga satu setengah bulan lalu. Jadi dia belum terlalu lama menguasai kamar ini dan belum sempat mengwarnai temboknya dengan warna biru muda kesukaannya.
Jerry memasuki kamar mandi kurang lebih saat jarum panjang menyentuh angka lima. Saat keluar dari kamar mandi, jarum panjang sudah lebih dulu menyentuh garis angka sembilan. Semerbak wangi sabun dan shampoo menyelubungi tubuhnya yang masih lembab. Rambutnya yang cepak berdiri tegak seperti rambut landak. Tak heran kakaknya, Mitha, sering memanggilnya “rambut landak”.