Mohon tunggu...
No Name
No Name Mohon Tunggu... -

Seorang pria

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

2XLOVE (I) 1: Kota Kecil

19 Maret 2012   15:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:46 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Matahari selalu tampak tidak ramah di kota ini. Terutama siang hari. Panasnya yang terik akan membakar kulit seketika. Murid-murid sekolah ini hanya terlindung saat berada dalam gedung. Begitu keluar gedung, wajah mereka gelisah dan terburu-buru. Gerbang yang tidak seberapa besar segera penuh padat. Sebagian murid yang membawa kendaraan berteriak-teriak agar mereka yang berjalan kaki dan menghalangi jalan segera minggir. Suara klakson motor yang dibunyikan berkali-kali terdengar paling dominan di antara suara-suara lain.

Jerry menepikan motornya beberapa meter dari pusat keramaian. Di sana dia menunggu temannya yang selalu pulang bersamanya. Namanya Adrian. Mereka pertama kenal sewaktu kelas satu SLTP. Mereka jarang satu kelas, kecuali tahun lalu, sewaktu mereka baru masuk SMU. Dan itu pun hanya beberapa bulan saja.

Thanks, Jer. Aku ke rumah kau nanti. Mungkin jam tiga.”

Oh, datang saja.”

Di deretan rumah-rumah dengan jalan kecil dan berujung buntu, Jerry memelankan laju motornya. Dia berhenti di depan rumah berpagar putih. Motornya diparkir di samping pintu masuk. Gagang pintu diputar, tapi tidak terbuka. Dia meronggoh saku celananya. Menancapkan kunci di pintu, lalu memutarnya terbuka.

Tasnya dilemparkan di atas kursi begitu dia masuk ke dalam rumah. Kedua kaos kakinya terlihat kucel saat terlepas dari sepatunya. Dia menendang sepatunya ke arah sekumpulan alas kaki lainnya. Kaos kakinya terjatuh tapi dia membiarkannya.

Rumahnya pada jam-jam begini selalu sepi. Mungkin kalau jam sepuluh pagi pembantu yang mengurus rumah ini masih ada. Pembantunya hanya membersihkan rumah dan mencuci baju saja. Jadi pulangnya juga cepat. Sekarang Ibunya masih berada di toko. Hanya terkadang saja Ibunya ada di rumah saat dia pulang sekolah. Adiknya sepertinya sedang pergi les. Dia berjalan ke arah dapur dan membuka tudung nasi. Ada tumpukan piring bersih di sisi meja tempatnya berdiri. Sepiring kangkung menarik perhatiannya.

***

Suara motor terdengar mendekat saat Jerry sedang asyik membolak-balik halaman komik. Buku yang masih terbuka itu segera diletakkan telungkup. Sebelum Adrian sempat mengetuk pintu pagar, Jerry sudah membuka pintu. Senyum khas yang ditunjukkan Adrian tampak seperti rasa lega. Kepalanya yang tidak berhelm menampilkan rambut kaku bermodel cepak. Rambut yang sama seperti Jerry. Juga sama dengan hampir seluruh murid di sekolahnya. Pangkas ABRI. Begitu orang biasa menyebutnya. Dan hanya satu sekolah yang mengharuskan murid-murid laki-lakinya berpangkas seperti itu. Sekolah yang bertetangga dengan laut. Dan sekolah dengan disiplin paling banyak dibandingkan sekolah lainnya.

Suara bunyi anak tangga yang terbuat dari kayu terdengar cukup keras saat mereka naik ke atas. Langsung menuju ruang keluarga. Adrian menyamankan diri duduk di samping Jerry. Kemudian Jerry menekan tombol remote dan muncul gambar di layar kaca. Mereka sama-sama menoleh ke sana. Jerry mengambil joystick dari atas meja. Lalu dia menyerahkan satu lagi pada Adrian sambil menggeser posisi duduknya.

Sebetulnya mereka sudah sering memainkan game ini. Tapi tetap tak ada bosan-bosannya. Akan lebih seru lagi kalau ada teman-teman lainnya. Terkadang tangan mereka sampai melepuh karena terlalu asyik memainkan game yang bernama Winning Eleven ini. Game yang wajib ada bagi penggila sepak bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun