Skor pertandingan tertera di sudut kanan atas layar televisi. 4 untuk Manchester United dan 3 untuk Juventus. Ketidakpuasan menyelimuti wajah Adrian. Dia menyandarkan badannya di atas empuknya sandaran sofa.
“Lagi?”
“Hmm ....”
Saat mereka asyik bermain, jam dinding secara diam-diam telah mengganti posisinya. Adrian untuk pertama kalinya sejak berada di ruangan itu menoleh ke arah jam dinding. Jarum pendek sudah melewati batas pertengahan lima dan enam. Sementara jarum panjang sedikit lagi menyentuh titik pusat angka sembilan. Joystick yang sedari tadi dipegangnya kini diletakkan di atas meja. Derakan tulang leher terdengar saat dia melirekskan otot-otot lehernya yang sedari tadi kaku dan tegang. Pegal. Dan tampak capek sekali. Jerry menyandarkan diri di sofa sambil matanya tertuju pada layar televisi.
“Eh, hari Senin ada murid baru ya?”
“Hmm. Tau dari mana?”
“Lini. Vera juga. Dia berisik betul tadi siang.”
“Hah! Dia lagi. Dia juga yang kasih kabar di kelas kami.”
“Katanya perempuan.”
“Ya. Rambut panjang. ... dicat pirang.”
“Oh! Kau sudah lihat?”