Mohon tunggu...
Yudo Adi
Yudo Adi Mohon Tunggu... -

Diluar sangkar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hana Risa Suba IV

3 Oktober 2011   22:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:22 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mereka berdua menjemput Raito di perpustakaan dan berjalan bertiga menuju kelas di ujung masa istirahat.

Januari tahun 99, musim penghujan mengisi jalan-jalan di Kota Suba dengan air tak terkecuali di sekolah smp Betlehem 1.

Siang itu matahari tertutup awan mendung dan hujan deras memulai konsernya, tak lupa petir dengan dentuman guntur memberi orkestra alam ini irama uniknya.

Para siswa-siswi pulang. Ada yang dijemput, ada yang naik angkutan umum, ada yang berjalan sambil memegang payung, ada yang memakai mantel dan berlari dengan cepatnya di hujan deras itu.

Olan berpamitan lebih dulu kepada Raito dan Hana untuk mengantar gebetannya yang tak membawa payung waktu itu, Sinta namanya. Sementara Hana tak membawa payung dan Raito hanya membawa payung kecil. Mereka berdua akhirnya pulang berjalan berdua dengan payung yang dibawa Raito. Jarak rumah Hana dengan rumah Raito sekitar dua ratus meter, dan jarak sekolah ke rumah Hana sekitar tiga ratus meter. Oleh karena itu, mereka lebih sering berjalan kaki daripada naik angkutan umum apalagi bersepeda.

Hujan yang deras membuat Hana menempel lebih dekat ke Raito yang memegang payung dengan tangan kirinya, tangan kanan Hana memeluk belakang pingggang Raito dan kepalanya bersandar di bahu Raito. Raito cukup kaget dengan perlakuan Hana itu, 'tak biasanya', pikirnya.

Hana memecah kesunyian itu,

Apakah kamu menyukai seorang cewek, Raito?”

Ya.”

Siapa?”

Hana meluruskan kembali kepalanya dan memandang Raito sedikit cemas. Sambil berjalan, Raito tak segera menjawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun