Telepon ditutup oleh pak Eko. Renan tak kehilangan akal, dia menyalakan laptop, menunggu booting dan memasukkan password, membuka browser, menulis nama raito di mesin pencarian. Terindex beberapa tautan yang memberi informasi tentang Raito, Renan membuka tautan itu dalam beberapa tab dan terbenam membaca dan mencari data yang akurat dalam berbagai tulisan yang mengarah ke kawannya.
Selasa, 11 Oktober 11. Pertemuan ke 9 di kelas pelatihan. Semua mahasiswa hadir tak terkecuali dengan Raito, Renan dan kawan-kawannya. Mereka sudah sampai di tempat duduk mereka.
“Kita perlu bicara, Raito.”
Kata Renan kepada Raito.
“Mustahil kita bicara disini saat ini, kapan, dimana?”
Tanya Raito.
“Nanti selesai kelas ini, di cafe kampus.”
Jawab Renan.
Wanda dan Tyna yang duduk didepan mereka berbalik memandangi keduanya dari depan dengan dahi yang mengerut penuh tanya. Risa masih juga berada di bangku tengah tepi favoritnya ditemani Rina entah untuk urusan apa. Selesai kelas pelatihan, Risa dan Rina menghilang entah kemana mengacuhkan kawan karib mereka yang lain. Sementara Renan, Andi, Raito, Wanda dan Tyna bergerak menuju ke cafe yang terpisah selasar panjang di kampus. Sampai disana, mereka duduk di meja bundar berukuran besar dengan tujuh bangku yang mengelilinginya. Andi memanggil pelayan,
“Menunya bang?”
Segera setelah itu pelayan cafe membawakan daftar makanan dan minuman yang langsung disambar oleh Andi yang perutnya berdecit pertanda cacingnya kelaparan.