Rio pemuda yang sangat ramah. Hanya saja ada ganjalan saat ada pemuda itu di ruang dimana Bunga dirawat.
Inilah yang selalu mengganggu pikiranku apakah pemuda itu pacarnya? Jika iya kenapa pula aku harus galau?
Rio kelihatan pemuda yang baik, ramah dan sudah mahasiswa sedangkan aku baru kelas satu SMA.
Rio sangat pantas menjadi pendamping Bunga jika dibandingkan denganku. Fakta sudah berkata seperti itu. Lalu mau apa lagi? Lupakan saja mimpimu Hen.Â
Sepanjang perjalanan pulang ke rumah pikiran seperti itu terus membayangi kepalaku.
Hari ini Bunga sudah diperbolehkan kembali masuk sekolah. Kesehatannya sudah semakin pulih. Berita ini aku dengar sendiri dari Bunga ketika tadi malam dia menelponku.
Pagi itu memang aku melihat Bunga berdiri di depan pintu kelasnya. Aku menghampirinya sambil menyapa:
"Aku senang bisa melihatmu lagi berdiri di depan pintu kelasmu, " kataku tanpa sadar menyapa Bunga dengan kata-kata seperti itu. Bunga tertawa manja. Tatapan matanya kelihatan penuh bahagia. Aku bisa merasakannya.
"Aku juga senang sekarang kamu sudah mulai berani menggodaku!"
"Oh maaf Bunga. Aku bukan bermaksud begitu," kataku tergagap benar-benar gugup rasanya aku malu sekali.
Untung saja di sana tidak ada siapapun yang melihat kegugupanku. Pemuda pemalu yang gugup tidak terbayangkan salah tingkahnya seperti apa.