" Ini Arkana katanya mau ngomong sama kamu. "Â
" Oh ya, mau ngomong apa, kan ?" senyum manis mengakhiri sebuah pertanyaan yang mutlak membuat muka Arkana mendadak merah, mulut menjadi gagap, dan pandangan mata kosong. Â Hampir saja Arkana jatuh pingsan.
" Hei, hei..., hei..., Arkana !" Tia berusaha menggoyangkan badan Arkana yang sedang diam mematung sedangkan Rian hanya sibuk menahan tawa.
" Gua pergi dulu, ya. Ada sedikit urusan di rumah." sebelum Rian pergi, Arkana lebih dulu memegang tangannya. Matanya melirik dan sedikit berbisik.
" Jangan pergi, nyet. Bantuin gua." Cengkraman Arkana lebih kuat.
Rian hanya mengangguk. Sedangkan Tia melihat heran kelakuan dua sahabat itu.
" Hari ini kalian aneh banget. Sebenernya kalian berdua mau ngapain sih ?"Â
" Arkana suka sama lo." Kata Rian spontan.
" Hah..., Suka ? " mata sipit Tia tertuju ke Arkana, dia menunggu jawaban.
Arkana kaget dan spontan menggelengkan kepalanya, " Gak kok."
" Tuh kan, aneh banget kalian. udahlah aku pergi aja. aku mau beres - beres dulu. Kalau kalian udah gak aneh baru dateng lagi. Aku alergi sama orang aneh. " Tia sebel dan pergi  meninggalkan sebuah penyesalan yang mendalam di hati Arkana. Air mata itu menetes untuk kedua kalinya.