Mohon tunggu...
Tsamin.  H
Tsamin. H Mohon Tunggu... Guru - Penulis Amatir

lets write our new story

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pesan yang Belum Tersampaikan

26 Juni 2024   22:00 Diperbarui: 8 Juli 2024   09:36 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 " Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, terima kasih bapak direktur atas waktunya. Rekan - rekan. 3 tahun bukan waktu yang singkat bagi saya untuk berada di sini. Banyak suka dan duka yang rasakan disini. Saya bukan apa - apa tanpa keberadaan dan support dari rekan - rekan disini. Maka dari itu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada rekan - rekan dan kata maaf jika ada perilaku saya selama ini. Dan untuk terakhir kalinya saya Tia Humaira, izin mengundurkan diri dari perusahaan Viva La Vadela..., "

Tidak butuh waktu lama untuk si pengagum karyawan teladan itu bersedih. Air matanya mulai menetes begitu kalimat mengundurkan diri terdengar. Tawa puas sahabatnya berhenti setelah melihat beberapa air mata itu keluar. Dia berfikir sejenak dan menarik tangan sahabatnya. Dia ingin menolong sahabatnya.

" Ayo ikut gua."

" Kemana ?" 

" Gua mau bikin lu gak menyesal seumur hidup. lu harus ungkapin sekarang sebelum terlambat."

Mereka berdua berada tepat di belakang panggung. Wajah sisa tangisan masih terlihat jelas. Si pengagum karyawan teladan itu masih diam tidak bisa berbicara. 

Suara tepuk tangan terdengar ramai diselingi dengan beberapa teriakan dari para fans karyawan teladan, " Terima Kasih Tia Humaira." Perempuan itu turun dari panggung dan melihat laki - laki yang tersedak biji jeruk tadi bersama sahabatnya.

" Kamu ngapain disini, Arkana, Rian. Terus mata kamu kok kayak habis nangis gitu, kan ?"

Tepat sebelum mulut sahabatnya itu mengeluar kata yang membuat dia malu. Arkana lebih dulu menginjak kaki Rian. 

" Au.., sakit tahu." bisik Rian.

Matanya melotot menunjukan isyarat supaya Rian tidak bertingkah aneh. Tapi percuma saja mulut besar Rian tidak mempan dengan pelototan mata. Mulutnya lebih tertarik dengan sebungkus nasi padang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun