" Wih cerpen baru nih, Nanti jangan diuploud dulu ya. BIar aku yang jadi pembaca pertama." Mata Tia melirik ke buku kecil itu, dia kepo dengan apa yang ditulis Arkana.
" Ini baru premis, gua belum riset." Arkana menutup buku kecilnya. Ia tidak ingin Tia melihat lebih dalam lagi. Ada rahasia kecil yang Tia belum boleh tahu.
" Kalau masalah riset mah bisa aku bantu. Aku kan jago banget kalau masalah riset." Tia mengacungkan jempolnya ke arah Arkana sambil tersnyum khasnya.
" Riset apa kepo ? " Arkana sedikit menggoda.
" Aku ini jago riset, tanya aja ke Yasmin kalau gak percaya." Muka merah padam mulai tampak. Tia malu.
Arkana hanya tertawa kecil melihat ekpresi Tia. Akhirnya mereka berdua sepakat untuk menangani kasus ini.
Itulah awal hubungan mereka semakin dekat. Mereka mulai menelusuri kasus ini dengan bertanya ke beberapa saksi kunci. Seperti Pak Ali si Office Boy yang biasa membersihkan setiap sudut kantor, Pak Rahmad si security Ambon yang garang tapi berhati Hello Panda, Pak Leo si penemu air kencing dan terakhir Sinta anaknya mak Ijah primadona kantor.Â
" Kenapa sih harus nanya Sinta ?" tanya Tia dengan nada tidak ramah.
" Ya, barangkali aja dia ada petunjuk."
" Dasar modus." Muka Tia berubah menjadi sebel sedangkan Arkana tertawa puas.
Berbagai hipotesis dari wawancara beberapa orang. seperti ulah dari hantu anak kecil belanda yang bersemayam di ruangan pak direktur, santet dari salah rival yang dititipkan oleh salah satu karyawan penghianat, dan yang paling masuk akal adalah ulah karyawan jail. Sangat sulit sekali memecahkan misteri ini. Hanya menyisakan satu petunjuk yaitu botol floridina yang tergeletak di samping wastafel.Â