July spontan memegang lengan Ferdi dengan erat, mukanya kini tampak jelas pucat ketakutan serta menggigil kedinginan.
“Hangatkanlah tubuh kalian di perapian ituuu” suara wanita tua itu terdengar lagi tanpa menampakkan dirinya.
Ditengah rasa takut yang amat sangat mereka menoleh dan menatap heran pada api yang telah menyala di perapian yang berada sepuluh meter dari tempat mereka berdiri. Cahaya api itu sedikit banyak menerangi isi ruangan tersebut. Dua buah Kursi kulit besar tampak terletak menghadap perapian itu dengan sebuah jam kuno besar berdiri kokoh di samping perapian. Sarang laba-laba besar disetiap sudut ruangan juga terlihat jelas.
Ferdi perlahan melepaskan tas gunungnya dan meletakkan di samping Pintu yang baru saja menutup sendiri itu. Dia membuka tas tersebut lalu mengeluarkan handuk dan menyerahkannya pada July yang masih berdiri di dekatnya.
“Nih, keringin badan kamu”
“Aku harus ganti baju mas, tapi dimana ??” kata July merengek ketakutan sambil meraih handuk tersebut.
“Iyah, nanti kita cari kamar ya, aku mao calling anak-anak dulu” sahut Ferdi berbisik pelan sambil mencari HT nya di dalam tas.
“AH, PErfect !”
“Kenapa mas ?!”
“Batere nya habis !” sungut Ferdi sambil menatap HT digenggamannya.
Ferdi berjalan di depan July menelusuri lorong rumah itu mencari Kamar yang akan digunakan July berganti pakaiannya yang basah kuyup itu.
Satu-satunya penerangan yang digunakan menelusuri lorong yang gelap gulita itu adalah lampu senter yang dipegang Ferdi.
Kanan kiri lorong itu adalah pintu-pintu ruangan yang terlihat diselimuti sarang laba-laba menambah kesan angker mengenai ruangan dibalik pintu-pintu tersebut.
Lalu terdengar suara percakapan ketika mereka melewati pintu ke 3 sebelah kanan, suara laki-laki berbicara sesuatu. Tiba-tiba mereka mencium aroma harum yang terasa aneh di dalam rumah yang kotor penuh debu dan sarang laba-laba tersebut.