Keluarga Van Deer loegh sang pemilik rumah misterius tersebut dulunya memiliki keluarga yang bahagia. Saking cintanya pada Nyai Kemas, dia menghadiahkan sebuah rumah besar bergaya eropa. Mereka bercita-cita membangun sebuah keluarga besar dengan anak-anak yang banyak.
Sang Jenderal Belanda yang ditugaskan menjaga daerah kekuasaan Hindia Belanda di area Puncak itu menikahi gadis bunga Desa anak dari keturunan Raden Jajang seorang pemilik perkebunan Teh terluas di kawasan tersebut.
Nyai kemas, Istrinya selain berparas cantik juga memiliki kharisma yang membuatnya terkenal dikalangan masyarakat sekitar pada saat itu.
Mereka hidup bahagia dan atas dasar saling cinta, sang Jenderal bukanlah tipikal militer yang berdarah dingin kepada warga pribumi. Justru dia lah yang membina para petani Teh cara berkebun yang efisien dan membentuk sebuah wadah diskusi bagi para Pemilik Kebun, tentunya ujung-ujungnya untuk keuntungan pemerintahan kolonial di Hindia Belanda. Dari wadah itulah dia diperkenalkan oleh Raden Jajang pada putrinya Nyai Kemas hingga terjadi pernikahan paling meriah di Desa pada saat itu.
Setelah mereka hidup berumah tangga beberapa tahun, penjajah Jepang membunuhnya dengan memenggal kepalanya di rumah itu dalam sebuah pengepungan dini hari. Istrinya yang histeris melihat kejadian itu sempat melepaskan diri dari sekapan salah seorang tentara Jepang lalu berlari ke halaman dan menjatuhkan dirinya ke dalam sungai Cibereum yang terletak di samping halaman rumahnya hingga ditemukan tewas beberapa hari setelahnya oleh warga Desa sekitar.
Sejak peristiwa itu, rumah tersebut kosong sampai sekarang. Warga sekitar menamakannya rumah misterius karena sering terdengar suara laki-laki memanggil “Nyai” dilain waktu terdengar suara wanita menangis dari halaman depan. Tak ada seorang wargapun yang berani masuk walau hanya sekedar merawat rumah besar itu.
Sekitar tiga tahun lalu, warga pernah menolong dua pasang remaja yang naik gunung yang terjebak di dalam rumah tersebut tanpa bisa membuka kembali pintu rumah itu dari dalam. Teriakan minta tolong mereka akhirnya terdengar pada pagi hari saat seorang pemburu burung liar melewati depan rumah itu.
Mereka memecahkan salah satu jendela besar yang terletak di samping rumah itu setelah gagal mencoba dari jendela depan. Kemudian dengan roman muka yang pucat, keempat anak muda itu keluar dari Jendela tersebut dan menceritakan semua pengalaman seram selama terkurung didalamnya.
Kejadian itu membuat warga sekitar semakin takut dan menghindari melewatinya bila hari mulai gelap hingga saat ini.
Chapter 5
“Awuuuu,..waW !”