Mohon tunggu...
Guy Kusnandar
Guy Kusnandar Mohon Tunggu... -

Menulis adalah kebutuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Misterius

11 Februari 2012   06:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:47 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mendengar jawaban itu, roman muka July kembali terlihat cemas, dia ingat betul bagaimana rasa takutnya di rumah itu pada malam hari. Kejadian-kejadian aneh dan menakutkan yang membuat dirinya hampir tidak dapat tidur dengan tenang.

“Trus rencana kita apa?”
“hmmmm…kita akan minta tolong orang yang kebetulan melewati jalan di depan rumah ini”
“Kalo ga ada?”
“Kita berdoa saja semoga ada, yah” sahut Ferdi pelan menatap lembut pada July yang mulai terlihat cemas.

Chapter 7

Satu jam sudah, Rangga dan Agus beserta Timnya masing-masing yang semuanya berjumlah delapan orang itu mendaki dipagi hari yang cerah itu.

Jalan setapak yang mereka lalui masih basah dan licin sisa dari hujan deras yang turun tadi malam. Mereka mendaki perlahan dan hati-hati menghadapi kondisi sulit tersebut. Namun akhirnya tiba di Posko peristirahatan pendaki Cibereum.

“Tak ada tanda-tanda mereka bermalam disini” kata Rangga sambil meneliti gubuk kecil itu. Mereka semua mendengarkan dan menatap Rangga dengan cemas.

“Di sekitar sini ada 2 kelokan jalan setapak disamping jalur pendakian, yang pertama adalah di depan kita itu, jalur itu menurun menuju sungai Cibereum, sedangkan yang berikutnya ada di atas kita sekitar dua puluh meter ke atas dari tempat ini” lanjut Rangga detail.

“Yang di atas menuju mana mas Rangga?”
“Rumah Misterius” jawab Rangga.
“Rumah itu sangat angker, banyak kejadian aneh disana” lanjutnya.

“Mmm, kalo saya berasumsi, seandainya saya dalam posisi turun dari Puncak dan mengalami hujan lebat serta jalur yang licin, saya akan memilih rumah misterius itu karena lebih dekat ketimbang Posko peristirahatan ini”, suara Deni membayangkan keadaan.

“Betul sekali mas Deni” sahut Rangga singkat.
“Bagaimana kalo kita ke sana sekarang?” Kata Agus “Yuk” sahut Rangga kemudian.

Dua puluh meter adalah jarak yang dekat, beberapa menit saja mereka sudah tiba di halaman rumah misterius itu. Mereka semua berdiri menghadap rumah tersebut di halamannya, sesekali saling berpandangan waswas satu sama lain. Ical, yang memiliki indra ke enam tiba-tiba jatuh dengan wajah pucat.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun