Belum lagi mereka tertidur pulas, terdengar suara langkah berat dari lorong itu dan suaranya semakin mendekat ke tempat mereka berbaring. July melotot heran ke mata Ferdi sambil mendengarkan suara langkah itu. Tanpa malu lagi, July memeluk Ferdi sekencang-kencangnya. Ferdi yang masih terus focus mendengarkan suara itu mulai terlihat cemas dengan pandangan tajamnya tertuju pada lorong itu.
“Suara apa itu mas”
“Ga tau”
“Aku merinding”
“Sudahlah pikirkan yang menyenangkan aja, supaya kamu tenang”
Suara lolongan anjing terdengar kembali setelah Ferdi berkata seperti itu. Tiba-tiba July berteriak lagi, terkejut mendengar suara Jam yang berdiri di hadapannya ketika berdentang keras menunjukkan pukul dua belas malam.
“Maaas, aku ga bisa tidur” suaranya sambil terisak nangis menatap dekat pada wajah Ferdi yang masih dipeluknya.
Ada rasa iba, sayang dan ingin melindungi yang saat itu muncul dalam hati Ferdi, dia memandang July dengan tatapan hangat. “Iyah, aku akan menjaga mu, tenang aja ya” bisiknya pelan sambil menghapus air mata July dengan perlahan.
Hening sesaat kemudian, July mulai memejamkan matanya sambil terus memeluk Ferdi dalam tidurnya. Namun bulu kuduk mereka kembali berdiri ketika mendengarkan suara berat seorang laki-laki dari arah lantai dua setengah berteriak.
“Nyaaaaiii, dimana kamu letakkan minuman kuuu”
Mereka berdua kembali terbelalak saling pandang.”Logatnya seperti laki-laki bule dengan bahasa Indonesia”, kata July berbisik hampir menempel pada pipi Ferdi.
“Iyah, tapi yang ditanya kok tidak menjawab ya” sahut Ferdi mengamati.
“Nenek itu kemana yah mas?”
“Iya, dia hilang misterius setelah mengajak kita masuk ke rumah ini” bisik Ferdi, “kita baca doa aja sekarang ya” lanjut Ferdi.
Chapter 4