Beberapa menit kemudian mereka tiba kembali ke perapian. “Aku ganti baju disini aja, mas Ferdi jangan liat ya”, kata July pelan sambil mendekat ke perapian dibalik bangku kulit besar yang menghalangi pandangan Ferdi.
Ferdi mengangguk patuh pada July, kemudian dia menuju tas gunung yang diletakkannya di dekat pintu utama. Dia mencoba kembali HT nya, kalau-kalau bisa digunakan meski dia mengetahui baterenya habis.
Namun 5 menit kemudian.
“AaaAaakkk !!!”
“Ada apa July”
July menangis dipelukan Ferdi dalam keadaan hanya mengenakan celana panjang dan bra yang kering. “Astagaa, dia telanjang”, bisik hati Ferdi saat memeluknya.
“Ada apa July”
“Add add ada laki-laki tanpa kepala di lorong itu, maaas” jawabnya sambil menangis masih memeluk erat Ferdi.
Secepat kilat Ferdi kemudian meraih lampu senternya kembali dan menyorot ke arah yang dimaksud July, “ga ada apa-apa, Jul”, bisiknya pelan.
“Sudah cepat pake kaos yang kamu pegang itu, maaf aku terpaksa melihat tubuh mu”
Sambil gemetar dan menangis ketakutan July mencoba tenang dan mulai memakai koasnya. Kemudian dia terduduk lemas di lantai sambil menangis.
“Sudahlah, jangan nangis, lebih baik sekarang kamu tidur aja yah, nanti sleeping bag yang di tas aku keluarin yah”
“Aku takut mas”
Beberapa saat kemudian, mereka mulai berbaring di depan perapian dengan sleeping bag masing-masing setelah Ferdi mengganti pakaiannya.