Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tanah Kurawa

15 Desember 2019   18:10 Diperbarui: 15 Desember 2019   23:28 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Iya, Bu."

Malam seakan melangkah perlahan di antara gerimis yang padat dan mengaburkan pandangan ke arah persawahan tadah hujan yang sudah beralih fungsi karena dibeli oleh perusahaan penambangan batu. Tidak ada senandung serangga, kecuali tetesan sekumpulan gerimis yang menimpa kaleng dan botol plastik.

"Beginilah suasananya di sini, Mas Oji," ujar Pak Odang.

"Saya juga aslinya orang udik, Pak. Bahkan, saya pernah tinggal di rumah kakek saya yang belum tersentuh jaringan PLN. Masih mengandalkan aki untuk tipi hitam-putih, dan baterai untuk senter."

"Arti kata, Mas Oji sedang mudik selama bekerja."

"Sayangnya saya tidak bisa mencari kodok hijau dengan senter dan lampu petromax, Pak."

"Lho, 'kan, benar kata saya? Mudik selama bekerja, bukannya mudik selama berlibur. Arti kata, maknanya jelas berbeda."

"Ha-ha-ha!" Saya tertawa.

Ya, beginilah malam pertama kali saya berniat tinggal sementara di dekat lokasi, dan menikmati suasana kekeluargaan dengan rekan saya. Suasananya sangat apa adanya dan lebih akrab daripada ketika saya sekadar ngobrol lalu pulang ke rumah Sarwan.

"Sebenarnya rumah Sarwan yang Mas Oji tempati itu tidak nyaman," kata Bu Lia. "Sejak pertama dulu saya main ke sana, suasananya aneh-aneh gimana, gitu."

Saya menoleh ke Bu Lia untuk mendengarkan dengan saksama. Bu Lia pun menceritakan perihal "guna-guna" yang menyasar pada istri Sarwan sehingga mereka terpaksa pindah rumah, bahkan menyewa di tempat yang cukup jauh. Kepada Bu Lia pun Sarwan pernah menceritakan perihal ketidaksukaan istri Sarwan pada rumah mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun