“Tak usah, Bu. Terimakasih.” Ia menunjukkan sikap penuh hormat yang sangat didramatisir.
Ah, pembantu sombong. Kata Elis dalam hati.
Sebelum meninggalkan sang majikan, Laila meletakkan secarik kertas di atas meja. Dan Elis melihat itu, tapi ia pura-pura tak acuh. Begitu Laila benar-benar lenyap dari rumahnya, lekas ia menuju meja dan mengambil kertas itu. Ia membaca tulisan di kertas.
Kepada Bu Elis
Sebelumnya saya menyampaikan maaf yang sebesar-besarnya. Saya tahu ini akan melukai Ibu. Tapi, saya tidak bisa menyimpan perasaan saya ini lama-lama. Saya harus mengatakannya pada Ibu.
Bapak orang baik. Terus terang saya cemburu setiap kali melihat Ibu berduaan dengan bapak. Apalagi saat saya, tanpa sengaja, pernah melihat ibu dan bapak berhubungan di kamar, saya sangat terbakar.
Sekali lagi, bapak itu orang baik. Setiap perempuan pasti akan jatuh hati melihatnya. Tolong, jangan sia-siakan Bapak. Dia orang baik.
Salam saya,
Laila
Elis mengerutkan dahi membaca surat itu lalu menggeleng-gelengkan kepala. Ia menjadi makin panas.
Hem, dasar pembantu sinting!