Dia masihsama Hasanah. Sekalipun Amin tak sekaya mertuanya, tapi dengan bersuamikan dia kekayaan haji itu takkan jatuh ke tangan orang lain. Lalu terbayang di mataku si Amran yang jadi gila ketika lamarannya di tolak oleh Fatimah. O, ngeri sekali kedengarannya. Tapi si Ichwan seperti mengetahui perasaanku ketika tiba-tiba ia berkata lagi:
-Kau tahu, Haji Basuni itu doyan makan riba?
-Maksudmu dia lintah darat?
-Lebih dari itu, ia seorang bakhil seperti Qarun dan kejam seperti Fir'aun.
Tanpa kami ketahui kami diam-diam hayut dalam mimpi.
Pada suatu hari aku pernah menerima surat dari Umi kalsum, diantar oleh kemenakannya. Surat itu di tulis dalam bahasa Arab Pego, begini bunyinya:
Assalamualaikum wr.wb
Aku senang sekali semalam melihat kau dan mendengar suaramu ketika kau nyanyikan "Tabasam" dalam qasidahan lagu kesayanganku....Dengan lagu itu aku selalu ingat kau, meski ku tahu kau sombong kata teman-temanku.
Tapi aku.......ah, aku hanya seorang gadis dan tak bisa berbuat selain berangan-angan saja.Aku takut Zainab.Lebih takut lagi pada bapakku.Kau tahu bapakku? O, lebih baik aku melihat dia lekas mati, biar aku bisa melihat kau tiap hari. Kini aku tak bedanya seperti anak monyet yang dirantai dalam kandang.Aku tak boleh melihat laki-laki, O aku tersiksa siang malam. Aku Cuma berharapkan kesempatan yang akan datang. Aku tak betah begini terus.Aku menderita atau lekas mati saja?
Senyumku hanya bentuk pemberontakan terhadap nasibku.Berlagulah kau tiap hari untukku. O, aku sangat menderita. Kepada siapakah aku mesti berharap? O, aku melihat Tuhan.......
Wassalamualaikum wr. Wb