Mohon tunggu...
Funy Febrianti
Funy Febrianti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Analisis Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Cerpen "Umi Kalsum"

22 Januari 2018   21:26 Diperbarui: 22 Januari 2018   22:02 5955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lampiran Cerpen Umi Kalsum

Umi Kalsum

Karya Djami Suherman Angkatan 66

 

Seorang gadis yang namanya tak pernah kusebut-sebut dalam pergaulan dengan teman-teman ialah Umi kalsum, anak Haji Basuni yang kaya itu. Tapi nama itu diam-diam mengembang di hatiku, ketika itu.

Seperti bunga kacapiring, muka dan kulitnya kemerah-merahan dan kalau ketawa cekung pipinya. O, dia pernah jadi saingan kuat dengan Zainab yang egoistis. Bedanya dengan Zainab, mata Umi teduh seperti laut dan kalau memandang terasa sekali merampas dada. Rambutnya hitam mengombak, sama hitam dengan rambut Fatimah anak Haji Ma'ruf itu.

Mula-mula aku begitu memimpikan dia. Sampai pun pada suaranya yang merdu tiap kali membenamkan daku ke satu fantasi yang indah dan ajaib, sebagaimana kalau aku membayangkan wajah seorang gadis putri nabi yang cantik itu.

Umi ku kenal ketika ia mengantarkan bubur safar ke rumahku. Kami bersalam-salam dan beramah-ramah.

Haji Basuni beranak tiga orang gadis.Yang tua namanya Masanah, sudah bersuami dan punya anak satu.Yang tengah Batifah dan kemudian Umi kalsum. Merekalah bunga ketapang itu, tapi teman-temanku lebih gandrung sama si Umi, sebab ia lebih manis dari kakaknya.

Umi bersahabat baik dengan Zainab dan gadis-gadis lainnya di Kedungpring.Mereka berangkat mengaji ke langgar bersama-sama.Beruntun dengan Rodiyah, anak pak Abubakar.Toyibah anak pak Mudin yang terkenal kenes itu. Afifah, Salamah, Maimunah, Saodah, Fatimah, dan masih banyak lagi.

Perkenalanku dengan Umi diketahui oleh Zainab yang sejak mulanya sudah cemburu.Pada suatu malam, ketika di langgar NyaiSafii diadakan malam qasidahan, aku dan teman-teman mengintip mereka dari lubang dinding langgar mereka.Tampak olehku Umi duduk jejer dengan Fatimah dan Salamah, di pojok.Ketika itu Umi sedang menyanyikan sebuah lagu. Tiba-tiba matanya melihat aku dan ia senyum malu-malu. Betapa pula Maluku ketika itu.Tapi kemudian aku ingin mengintipnyalagi.Hatiku berdebar dan seolah ada sesuatu yang melonjak-lonjak di dadaku, seperti angin. Aku tercenung dan berpikir .Aku tak tahu adakah teman-temanku mengetahui keadaanku malam itu.Malam itu aku tak bisa tidur. Dan sengaja tidur di langgar  dengan teman-teman banyak sekedar melupakan perasaan yang aneh-aneh. Aku Cuma berharap, mudah-mudahan malam itu aku bisa mimpi yang baik dan panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun