-Sudah sejauh itu dugaanmu, Nab? Itu tak benar.Aku selalu suka padamu.Tapi tiba-tiba aku kehilangan pegangan.Dan terbayang di mataku nasib Amran anak petualang itu.Lalu aku ingat kembali Percakapanku dengan Ichwan di langgar dulu.
-Zainab, kita masih kanak-kanak, sambungku menghilangkan yang mustahil .
-Lantas?
-Kita tak boleh meneruskan ini.
-Mengapa? Ayahku sudah mengatakan itu pada kakekmu, bukan?
-Aku tahu
-Kau tak mau? Tapi kau betul mencintai aku, ya?
-Aku tak tahu. Tak tahu....ya Zainab
Kami yang kebingungan itu tiba-tiba merasa ada sesuatu yang meliputi pikiran kami masing-masing.Jalan di muka rumahku ramai orang-orang yang mau pergi sembahyang ke langgar, sore itu.Waktu menjelang asar.Santri-santri hilir-mudik dengan bawaan masing-masing.
-Kau tak pulang mandi, Nab?.Ia berpaling dan melihat aku tajam-tajam.
-Baiklah kita sampai di sini dulu ,Nab. Tak baik dilihat orang, kita berdua.