Dalam melentang melihat langit-langit yang suram, tiba-tiba Ichwan yang kukira sudah tidur itu berkata seperti menyindir.
-Ya, memang begitu bagus matanya, katanya
-Kau belum tidur, Wan? Tanyaku kaget.
-O, mata itu seperti pohon beringin, sambungnya lagi tak mengindahkan pertanyaanku.
-Kau tadi melihat aku?
-Ya, aku melihat senyuman itu, katanya mengejekku lagi.
-Kau cinta padanya, Wan? Tanyaku mulai cemburu
-Mungkin juga seperti kau.
-Dan kau melamar dia? Cemburuku makin kuat, tapi Ichwan cuma ketawa sinis, lalu menjawab:
-Aku tahu perasaanmu kawan.
-Perasaanku? Lantas, apa pendapatmu?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!