Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Aku Tidak Tahu, Mengapa Tulisanku Sulit Dipahami?

30 Juli 2024   12:33 Diperbarui: 21 Agustus 2024   15:05 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahwa ia dianugerahi jiwa yang tersembunyi selain ketajaman penciuman. Jiwanya telah ditiupkan suatu semangat untuk mengenal lebih dekat dirinya melalui ketidakadiran makna dari ’petanda transendental’. Semakin banyak jenis binatang dinamai, maka tidak akan sama dengan  rahasia ruang kehidupan.  

Betapa sangat ”nyata,” tubuh menjadi titik tolak bagi citra, halusinasi, dan dengan benda-benda yang mengeliling kita.

***

Melalui sebuah perpaduan alamiah, nama binatang memiliki pergerakannya sendiri, tetapi manusialah yang mengejar bayangan binatang.

Bukankah makan, bercumbu hingga berkelahi atau membunuh merupakan tabiat manusia yang sama dengan binatang?

Dalam pemikiran modern, ada sekawanan binatang memasuki relung-relung jiwa ketika kita lengah sedikitpun. Binatang buas dilepaskan dalam diri kita setelah kita terbangun dari mimpi buruk, yang tidak ada lagi tatapan ke binatang-binatang yang mengagumkan penampilannya bagi khayalan. 

Hal-hal yang esensial bercampur-aduk dan saling memisahkan dirinya ketika kita kembali kepada rahasia takdir. 

Nah, memang penulisan subversif atas tubuhnya sendiri. Satu-satunya inti pengingkaran tubuh adalah hasrat ekonomi dalam taraf pembacaan.

Di sinilah, satu hal yang perlu diperhitungkan menyangkut keindahan dan pengetahuan tidak lain adalah ketidakpuasannya pada kondisi apapun, oleh karena seni erotis membekalinya untuk senantiasa berpikir kejam, sekalipun dia tidak menghembus-hembuskan keindahan dibentuk oleh musik, seni rupa dan citra tubuh secara luas dari sesuatu dianggap abstrak kembali terasa pahit dan cekung.  

Dari pelajaran tentang khayalan, maka ketidakpuasan pikiran manusia itulah menandakan kekuatan-kekuatan ”demonik” menghilang dan muncul kembali dari Descartes sampai Popper. Ingar-bingar pikiran tidak berhenti sampai di teks atau manuskrip setelah ”bulan madu” memulai titik permulaan ’Zaman Hasrat’. 

Dari sini, dimulailah tulisan di layar, di era medsos atau era Artificial Intelligence. Semuanya mengalir dari hubungan timbal balik; ia saling mengisi dan saling menopang. Alirang tulisan dan aliran hasrat, aliran modal dan aliran darah saling terjalin kelindang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun